Tuesday, October 18, 2011

Hikmah Sholat

HIKMAH & PEMAHAMAN SHALAT

Bismillahi------------Ass..Wr..Wb.
Syarat sholat adalah :
1. Islam,
2. Berakal,
3. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk),
4. Menghilangkan hadats,
5. Menghilangkan najis,
6. Menutup aurat,
7. Masuknya waktu,
8. Menghadap kiblat,
9. Niat
Rukun sholat adalah :
1. Berdiri bagi yang mampu,
2. Takbiiratul-Ihraam,
3. Membaca Al-Fatihah,
4. Ruku',
5. I'tidal setelah ruku',
6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh,
7. Bangkit darinya,
8. Duduk di antara dua sujud,
9. Thuma'ninah (Tenang) dalam semua amalan,
10. Tertib rukun-rukunnya,
11. Tasyahhud Akhir,
12. Duduk untuk Tahiyyat Akhir,
13. Shalawat untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
14. Salam dua kali.
Sebelumnya; Saya hendak menghaturkan rasa terima kasih yang dalam teruntuk
Saudara kita di kaskus ini, yang telah memberi kepercayaan pada Saya untuk dapat
membuat thread “perihal SALAT”.
Auzubillahi
Surat Al Mu’minuun ayat 1 s/d 11 (XVIII:23:1-11)
Sungguh berbahagia orang-orang mukmin, orang-orang yang khusyuk di dalam salat
mereka, dan orang-orang yang berpaling dari pekerjaan sia-sia, dan orang-orang
yang mengeluarkan zakat, dan orang-orang yang menjaga kehormatannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahayanya, maka sesungguhnya mereka
tiadalah tercela. Tetapi barang siapa yang menghendaki selain yang demikian itu,
maka mereka itulah yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara
amanah dan janji mereka. Dan orang-orang yang memelihara salat mereka. Mereka
itulah yang mewarisi, yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal didalamnya.
Adalah sebenarnya; salat merupakan ibadah pokok yang pertama kali diwajibkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Sebab alasan; yang
pertama kelak akan dihisab dihari kemudian adalah salat, dan dengan demikian;
salat adalah penentu kita untuk pilihan surga dan neraka.
Didalam Al Quran dan dalam hadis-hadis Nabi SAW yang sahih; kita senantiasa
menjumpai kata/kalimat “mendirikan salat” dan besar kemungkinannya kita tidak
menjumpai kata/kalimat “mengerjakan sholat”. Adalah sebenarnya; kedua
kata/kalimat diatas memiliki arti kata yang berbeda.
Untuk itu; mari kita sejenak memahami apa yang pernah dikatakan oleh khalifah
Rasul yang kedua, Umar bin khaththab. yaitu “Yang mengerjakan salat
banyak, tetapi yang mendirikan salat sedikit”
Sebelum kita melangkah lebih dalam atas perihal salat sebagaimana mestinya,
adalah baiknya, kita sejenak untuk mau memahami perihal definisi tentang salat,
yangmana bersumber dari para ahlinya.
1. Definisi salat menurut ahli Fikih adalah Perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadat
kepada Allah sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.
Dari definisi ini; menunjuk bahwasanya lebih banyak menitik beratkan kepada
bentuk, sifat dan cara salat. Dalam artian hanya menyangkut gerak lahir (badan).
Untuk salat ini, perkataan yang dilafazkan dapat didengar dan perbuatan yang
dilakukan dapat dilihat oleh kita.
2.Definisi salat menurut ahli hakekat adalah Menghadapkan jiwa kepada Allah,
yangmana dapat melahirkan rasa takut kepada Allah SWT serta dapat
membangkitkan kesadaran yang dalam terhadap kebesaran serta kesempurnaan
kekuasaan_NYA.
3. Definisi salat menurut afali makrifat adalah menghadap kepada Allah dengan
sepenuh jiwa dan sebenar-benarnya khusyuk dihadapan_NYA, serta ikhlas
kepada_NYA dengan disertai hati dalam berzikir, berdoa dan memuji.
Adalah tidak demikian yang terjadi pada point 1 dan 2; yangmana menunjuk
bahwasanya tidak terletak pada gerak lahir (badan), akan tetapi terletak pada gerak
jiwa dan hati. Dalam hal ini, salat ditentukan oleh keadaan hati dan jiwanya,
yangmana hanya Tuhan yang dapat mengetahuinya.
Dari uraian penjelasan atas masing-masing point tersebut diatas, menunjuk
bahwasanya bila kita telah mampu melakukan perpaduan antara gerak jiwa dan hati
dengan gerak lahir (badan), berarti kita telah mendirikan salat. Akan tetapi; bila
kita hanya mampu sebatas gerak lahiriah (badan), berarti kita hanya mengerjakan
salat.
Sebagai contoh; apabila kita melihat seseorang berdiri untuk menegakkan salat,
bertakbir dan memenuhi segala ketentuan cara salat, baik ruku atau sunnatnya serta
memberi salam, maka kita boleh mengatakan sebatas “orang itu telah mengerjakan
salat”. Namun demikian kita tidak bisa mengatakan bahwa orang itu telah
mendirikan salat, sebab alasan hanya Allah yang tahu bahwa orang itu telah salat
dengan gerak jiwa, hati dan lahir (badan).
Berikut adalah hadis Nabi SAW (H.R Thabarani).
Barang siapa yang mendirikan salat pada waktunya dan ia sempurnakan wudhunya,
juga ia sempurnakan berdirinya, khusyuknya, rukunya, dan sujudnya, ke luarlah
salat itu dalam keadaan puitih berseri-seri, seraya menyeru, “mudah-mudahan Allah
memelihara engkau sebagaimana engkau memelihara aku”.
Dan barang siapa yang mengerjakan salat diluar waktunya dan tidak ia sempurnakan
wudhunya, dan tidak ia menegakkan khusyuknya, tidak juga ruku dan sujudnya, ke
luarlah salat itu dalam keadaan hitam gelap seraya berkata, “mudah-mudahan Allah
menyia-nyiakan engkau sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku”. Sehingga
apabila telah sampai salat itu kesuatu tempat yang ia kehendaki, dilipat-lipatlah
salat itu seperti melipat kain yang buruk. Kemudian dipukulkan salat itu dimukanya.
Mari kita bersama mencoba untuk mau memahami perihal salat sebagaimana
mestinya dengan cara seksama dan dalam posisi wudhu sebagaimana mestinya.
Shalat adalah kewajiban sekaligus kebutuhan setiap Muslim. Karena shalat
merupakan waktu terdekat hubungan antara seorang hamba dan Penciptanya.
Shalat pula merupakan benteng dalam menangkal perbuatan keji dan mungkar.
Pentingnya shalat terkadang tidak terlalu kita sadari. Sering kita saksikan orang
melakukan shalat dengan tergesa-gesa. Tak jarang pula rukun-rukun dan sunah
dalam shalat dilanggarnya. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang
diperintahkan Allah SWT, yakni kita harus mengerjakan shalat dengan khusyuk dan
sabar.
''Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.'' (QS Thaha: 132).
Kesabaran dalam mendirikan shalat merupakan keharusan jika menginginkan shalat
memiliki makna dalam kehidupan kita. Sabar dalam mendirikan shalat berarti kita
telah berusaha meningkatkan kualitas shalat serta menyempurnakan rukun dan
sunahnya. Sabar dalam mendirikan shalat hanya akan terwujud jika kita berusaha
khusyuk mengerjakannya. Allah SWT telah menegaskan bahwa shalat itu merupakan
ibadah yang berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
''Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.'' (QS Al-
Baqarah: 45).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberi kunci untuk dapat bersabar dalam shalat
dengan mendirikan shalat tepat pada waktunya.
''Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.'' (QS An-Nisa': 103).
Saat terindah bagi seorang pecinta adalah ketika ia bertemu, bercengkrama, dan
berdialog dengan orang yang dicintainya. Ketika itu, segala beban hidup dan
kenestapaan akan hilang seketika. Bagi para shalihin, bertemu Allah lewat shalat
adalah saat yang paling dinantikan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan
semua isi hati dan bermi'raj menuju Allah. Walau demikian, ia akan kembali lagi ke
alam realitas untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah
makna sesungguhnya dari khusyuk.
Khusyuk dalam shalat merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam
QS. Al Mukminun: 1-3, "Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang
khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan
yang tiada berguna".
Di lain pihak Rasulullah bersabda: Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi
ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani ) Dua keterangan di atas setidaknya mengadung
pesan bahwa shalat seharusnya mampu membawa perbaikan kualitas hidup kita.
Dengan kata lain, bila kita ingin sukses dan ingin berhasil dalam hidup ini, maka
kuncinya adalah punya iman dan mampu khusyuk dalam shalat. Siapa pun di antara
kita yang tidak pernah meneliti kualitas shalatnya, besar kemungkinan ia tidak akan
sukses dalam hidup.
Dalam surat yang lain, Allah bersabda, "Celakalah orang yang shalat, yaitu orang
yang lalai dalam shalatnya" (QS. Al Ma'un: 4-5). Redaksi ayat tersebut bukan fi tapi
an, yang menggambarkan bahayanya lalai sesudah shalat. Khusyuk ketika shalat
hanya memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan sehari 24 jam.
Karenanya, tidak mungkin shalat itu hanya efektif untuk yang satu jam. Yakinlah
bahwa shalat yang satu jam harus bagus dan sisanya yang 23 jam harus lebih bagus
lagi. Maka orang yang shalatnya khusyuk adalah orang yang mampu berkomunikasi
dengan baik ketika shalat, dan sesudah shalat ia betul-betul produktif berbuat
kebaikan terhadap umat.
Lalu, apa hikmah shalat yang bisa kita dapatkan?
Pelajaran Pertama, Allah mengingatkan kita lima kali sehari tentang waktu. Orang
yang khusyuk dalam shalatnya dapat dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan
waktu. Ia tidak mau waktunya berlalu sia-sia, karena ia yakin bahwa waktu adalah
nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.
Pelajaran kedua dari shalat adalah kebersihan. Tidak akan pernah diterima shalat
seseorang apabila tidak diawali dengan bersuci. Hikmahnya, orang yang akan sukses
adalah orang yang sangat cinta dengan hidup bersih. Dalam QS. As Syams: 9-10
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan
dirinya dan sesungguhnya sangat merugi orang yang mengotori dirinya". Dengan
kata lain, siapa yang shalatnya khusyuk maka ia akan selalu berpikir bagaimana
lahir batinnya bisa selalu bersih.
Mulai dari dhahir, rumah harus bersih. Bersih dari sampah, dari kotoran, dan bersih
dari barang-barang milik orang lain. Sikap pun harus bersih. Mata, telinga, dan juga
lisan harus bersih dari maksiat dan hal-hal yang tak berguna. Dan yang terpenting
pikiran dan hati kita harus bersih. Bersihnya hati akan memunculkan kepekaan
terhadap setiap titik dosa, dan inilah awal dari kesuksesan.
Pelajaran Ketiga, sebelum memulai shalat kita harus memasang niat. Niat sangat
penting dalam ibadah. Diterima tidaknya sebuh ibadah akan sangat dipengaruhi oleh
niat. Seorang yang shalatnya khusyu akan selalu menjaga niat dalam setiap
perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak sebelum yakin niatnya lurus
karena Allah. Ia yakin bahwa Allah hanya akan menerima amal yang ikhlas. Apa ciri
orang ikhlas? Ia jarang kecewa dalam hidupnya. Dipuji dicaci, kaya miskin, dilihat
tidak dilihat, tidak akan berpengaruh pada dirinya, karena semua yang dilakukannya
mutlak untuk Allah.
Setelah niat, shalat memiliki rukun yang tertib dan urutannya. Jadi, Pelajaran
keempat dari orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah cinta keteraturan.
Ketidakteraturan hanya akan menjadi masalah. Shalat mengajarkan kepada kita
bahwa kesuksesan hanya milik orang yang mau teratur dalam hidupnya. Orang yang
shalatnya khusyuk dapat dilihat bagaimana ia bisa tertib, teratur, dan
prosedural dalam hidupnya.
Pelajaran Kelima, hikmah dari manajemen shalat yang khusyuk adalah tuma'ninah.
Tuma'ninah mengandung arti tenang, konsentrasi, dan hadir dengan apa yang
dilakukan. Shalat melatih kita memiliki ritme hidup yang indah, di mana setiap
episode dinikmati dengan baik. Hak istirahat dipenuhi, hak keluarga, hak pikiran
dipenuhi dengan sebaiknya. Rasulullah pun menganjurkan kita untuk proporsional
dalam beragama, karena itu salah satu tanda kefakihan seseorang. Bila ini bisa kita
lakukan dengan baik insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan yang
paripurna., yaitu sukses di kantor, sukses di keluarga, dan sukses di masyarakat.
Pelajaran Keenam, shalat memiliki gerakan yang dinamis. Sujud adalah gerakan
paling mengesankan dari dinamisasi shalat. Orang menganggap bahwa kepala
merupakan sumber kemuliaan, tapi ketika sujud kepala dan kaki sama derajatnya.
Bahkan setiap orang sama Klik disini untuk info buku iniderajatnya ketika shalat. Ini
mengandung hikmah bahwa dalam hidup kita harus tawadhu. Ketawadhuan adalah
cerminan kesuksesan mengendalikan diri, mengenal Allah, dan mengenal hakikat
hidupnya. Bila kita tawadhu (rendah hati) maka Allah akan mengangkat derajat kita.
Kesuksesan seorang yang shalat dapat dilihat dari kesantunan, keramahan, dan
kerendahan hatinya. Apa cirinya? Ia tidak melihat orang lain lebih rendah daripada
dirinya.
Hikmah terakhir dari shalat yang khusyuk adalah salam. Shalat selalu diakhiri
dengan salam, yang merupakan sebuah doa semoga Allah memberikan keselamatan,
rahmat, dan keberkahan bagimu. Ucapan salam ketika shalat merupakan garansi
bahwa diri kita tidak akan pernah berbuat zalim pada orang lain. Ini adalah kunci
sukses, karena setiap kali kita berbuat zalim, maka kezaliman itu akan kembali pada
diri kita.
Inilah tujuh hikmah yang bisa kita ambil dari manajemen shalat khusyuk. Bila kita
mampu mengaplikasikannya, insya Allah kesuksesan dunia dan akhirat ada dalam
genggaman kita
Hikmah shalat 2:
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas
menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan
memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu
melaksanakan shalat dengan cepat.
Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam.
Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat!"
Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke
tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan
shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti
itu.
Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah
SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi
shalatmu! Engkau tadi belum shalat."
Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai
aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW.
Tentunya dengan gaya shalat yang sama.
Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi
shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah
yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat
dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"
"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk
melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat
dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang
(thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah
dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.
Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."
Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam
Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar "benar"
gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan
khusyuk.
Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti
dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang
akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan
jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus
menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan
kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap
"tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Hikkmah gerakan shalat

Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek
"olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau "jalinan komunikasi"
antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak
keajaiban.
Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan
bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan
benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).
Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan
bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem
keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak,
mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus
di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian
dalam tubuh (arteri jantung).
Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal. "Jika
engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah."
Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar
dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan
ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.
Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat
kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada,
memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk
dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga
kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
"Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan
kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqqash). Apa
maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat
kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf
sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan
tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis
belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat
terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan
mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.
"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak." Apa maknanya? Saat berdiri dari
dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga
bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal
ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan
secara tiba-tiba.
"Selepas itu, sujudlah dengan tenang." Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar
dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau
kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti
ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko
terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.
"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang." Apa maknanya? Cara
duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf
keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha
dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhanallah!
Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang keutamaan,
termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa shalat adalah
anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman.
Bismillahi......Ass..Wr..Wb
Setelah kita memahami perihal definisi daripada salat, kini kita mencoba bersama
memahami perihal hikmahnya.
Adapun hikmah dari salat adalah, mengenal dan memahami apa sebenarnya rahasia
dan faedah dari ibadah salat itu, terutama untuk jiwa dan akhlak kita-kita yang
mendirikan salat.
Surat Thaahaa ayat 14 (XVI:20:14)
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka
sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.
Surat Al Baqarah ayat 269 (III:2:269)
Alah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki_NYA. Dan barangsiapa
yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.
Al ustadzul imam Syeikh Muhammad Abduh
Adapun hikmah maka di dalam segala sesuatu ialah mengenal rahasianya dan
faedahnya, dan yang dimaksud ialah mengenal hokum-hukum agama, syariat dan
maksud-maksudnya.
Dan adapun hikmah ialah pengetahuan menyangkut rahasia-rahasia hokum dan
manfaat-manfaatnya yang mendorong untuk beramal.
Al ‘Allamah Muhammad Jamaluddin Al Qasimily
Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa Al Himah ialah rapi (teliti) ilmu dan
amalnya, atau dengan perkataan lain mengetahui yang benar dan mengamalkannya.
Berhasil atau tidaknya kita memperoleh hikmah daripada salat adalah sebenarnya
ditentukan oleh dua bentuk katagori, yaitu “mendirikan salat” atau “mengerjakan
salat”. Selain itu; juga dapat dilihat dari segi akhlak, sikap dan perilakunya.
Adapun hikmah daripada salat ialah; mencegah dari yang keji dan mungkar,
membina jiwa dan membersihkan ruh, mendidik kita senantiasa disiplin dan
mematuhi aturan, membina persatuan dan persamaan antara sesama kita,
menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa, melatih konsentrasi
pikiran, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Mari kita bersama untuk mencoba memahami perihal hikmah salat yang dimaksud.
[Surat Al ‘Ankabuut ayat 45 (XXI:29:45)[/b]
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab dan dirikanlah salat,
sesungguhnya salat mencegah dari yang keji dan yang mungkar, dan sungguh Allah
mengingat lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Muhammad Al Ghazali menegaskan
Menjauhkan diri dari sifat-sifat yang kotor, membersihkan diri dari perkataan dan
perbuatan yang buruk itulah hakekat salat.
H.R. Albazzaar,
Sesungguhnya AKU menerima salat dari orang yang merendahkan diri karena
kebesaran_KU dan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahluk_KU dan
tidak terus menerus berbuat maksiat kepada_KU. Dan ia menghabiskan hari
siangnya dalam ingatan kepada_KU, dan ia sayang kepada orang yang miskin, ibnu
sabil dan janda dan saying kepada orang yang ditimpa musibah.
Mari kita bersama mencoba memahami perihal hadis ini.
Maksud daripada faedah bila kita merendahkan diri dihadapan kebesaran_NYA
adalah; Bila kita telah salat, semestinya tingkah laku dan karakter kita berubah
menjadi rendah hati, lemah lembut, sopan santun dan budi pekerti baik. Sebab
alasan adalah sadar dan insyaf bahwa yang besar hanyalah DIA semata.
Adapun maksud daripada tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahlukNYA
adalah; Bila kita telah salat, kita tidak boleh bertindak sesuka hati atau seenaknya
saja yaitu bukan saja terbatas hanya pada manusia saja, akan tetapi juga pada
mahluk-mahluk lainnya. Sebab itu; kita harus mampu bersikap, berkata dan berbuat
baik terhadap siapa saja, tanpa pandang bulu.
Sedangkan maksud daripada tidak terus menerus berbuat maksiat adalah; Bila kita
telah salat, senantiasa bertaubat kepada Allah dan mohon ampun apabila terlanjur
melakukan suatu kesalahan dengan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Mengenai perihal menghabiskan hari siangnya dalam ingatan kepada_NYA adalah;
tidaklah semata hanya pada yang diucapkan dalam bentuk zikir, akan tetapi kita
harus mampu mencapai kesadaran didalam hati, bahwasanya DIA senantiasa
beserta kita. Sehingga kita senantiasa akan berbuat sesuai ridho Allah.
Kemudian untuk perihal Sayang kepada yang miskin adalah; bukan sekedar rasa
kasihan saja, tetapi haruslah disertakan dengan tindakan dan perbuatan yang baik.
Semisal memberi bantuan pada si miskin baik secara moril maupun materil, bahkan
juga dalam bentuk pikiran yang dapat membantu si miskin lepas dari penderitaan
atau tekanan.
Demikian halnya terhadap Ibnu sabil (orang yang kehabisan uang dalam
perjalanan),kita harus memberi bantuan seperti halnya pada si miskin.
Selanjutnya saying kepada janda terlepas apakah janda muda atau tua adalah; kita
harus memberi bantuan secara moril, materil dan phsykholog. Sebab alasan
phsykholog diperlukan, adalah mengingat pada umumnya masyarakat selalu menilai
negative, terutama bila itu janda muda.
Yang terakhir adalah sayang kepada yang ditimpa musibah adalah kita harus meberi
bantuan secara moril, materil dan phsykholog dalam artian untuk meringankan
penderitaan daripada si penderita semisal dengan menyabarkan atau menetapkan
hati dan keimanan si penderita.
H.R. Ahmadi; “Maukah kamu aku kabarkan, siapakah yang paling kucintai dan yang
paling dekat dengan aku di hari kiamat nanti?” Rasulullah mengulangi
pertanyaannya sampai tiga kali. Para sahabat menjawab, “Tentu ia, ya Rasulullah”.
Rasulullah lantas menegaskan, “Orang yang paling baik diantara kamu akhlaknya”.
ketika berdiri menyerap unsur api, ketika ruku dan iktidal menyerap unsur angin,
ketika sujud menyerap unsur air, ketika duduk diantara dua sujud menyerap unsur
tanah.
Api-Angin-Air-Tanah
Maka kita pada saat mendirikan salat harus dapat merasakan ke-4 anasir
tersebut..(dlm Hal lain. ma'af).
Bagaimana Api = yg selalu mengarahkan lidahnya keatas dan menjilat2
Bagaimana Angin = yg selalu berhembus melewati apa saja tanpa pilih kasih
Bagaimana Air = yg selalu mengalir menuruni apa saja yg menghalanginya (dst)
Bagaimana Tanah = yg selalu menerima hentakan kaki, dst smp bangkai dan
kotoran, dst
jadi yg kita rasakan dlm ke-4 anasir tsb adalah:
- berdiri = hubungan vertikal dengan Allah [berkomunikasi langsung dengan Allah]
- ruku = hubungan horisontal dengan sesama manusia (siapasaja)
- sujud = mengamalkan ilmu yg bermanfaat, apapun halangannya (setannirojim)
- duduk = siap menerima [IKHLAS]
juga dalam posisi salat tersebut ada hal yg kita hrs ingat, bahwa salat itu
mengandung 4 unsur lafal. yaitu :
berdiri = sebagai Alif
ruku = sebagai Ha
sujud = sebagai min
duduk = sebagai dal
jika kita gabungkan dalam salat terdapat lafal : Ahmad
''Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.'' (QS Thaha: 132).
kenapa salat harus didirikan (kita sudah tau jawabannya)
kemana salat ?
karena salat sedang tertidur hingga kita bangunkan salat untuk berdiri
Barang siapa yang mendirikan salat pada waktunya dan ia sempurnakan wudhunya,
juga ia sempurnakan berdirinya, khusyuknya, rukunya, dan sujudnya, ke luarlah
salat itu dalam keadaan puitih berseri-seri, seraya menyeru, “mudah-mudahan Allah
memelihara engkau sebagaimana engkau memelihara aku”.
karena dia akan keluar setelah dibangunkan.. dalam keadaan putih berseri2 (dst)..
maka dlm salat hal yg terpenting adalah bagaimana cara berTakbir. karena Takbir
adalah Hal pertama yg kita lakukan dalam memuali salat. maka jika hal pertama ini
sudah benar maka selanjutnya kita akan khusyuk salatnya
dan tidak terbayang keadaan dalam salat.
" Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga keliang kubur "
ilmu dalam buaian (ilmu Hidup) dan termasuk didalamnya adalah ilmu salat atau
ilmu Takbiratulikhram
awal shalat adalah gerakan takbir...
takbir merupakan simbolik tentang penyerahan semua diri dan seluruh jiwa yg ada
dalam diri kita...
hanya pada-Nya kita melakukan...
hanya pada-Nya kita mau melakukan...
hanya pada-Nya kita bisa melakukan...
apabila takbir sudah tertanam dalam awal shalat maka sebenarnya kita tidak
bershalat, melainkan kita sedang mengagumi-Nya...
dalam shalat itu ada kewajiban...
tetapi kalau sudah bertakbir dgn sebenar-benarnya, maka kewajiban itu tiada dan
digantikan oleh "sembah" yg tak terbahasakan dalam dunia dan hanya kita masingmasing
yg tau...
Ass..Wr..Wb
Kita semua tahu bahwasanya diri kita ini terdiri daripada dua unsur, yaitu jasmani
dan rohani. Bilasaja kita mampu mendirikan salat sebagaimana mestinya, menunjuk
bahwasanya kita senantisa berhubungan dengan Tuhan. Karenanya; ruh kita akan
tetap bersih dan suci, sehingga kita selalu dituntun oleh_NYA senantiasa untuk
berbuat kebaikan, kebenaran dan keadilan. Sebab alasan inilah; maka salat dapat
membina jiwa dan membersihkan ruh.
Adalah sebenarnya salat merupakan suatu kewajiban bagi kita semua dengan waktu
yang telah ditentukan. Kapan waktu salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya,
adalah sudah ditentukan oleh Rasulullah saw.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Salatlah kamu sebagaimana kamu
lihat Aku salat”.
Sebab itu; dengan senantiasa mendirikan salat, kita dilatih untuk disiplin dan patuh
terhadap aturan-aturan salat yang telah ditetapkan, mulai dari yang bersifat gerak
badan, sampai pada bacaan, dzikir, doa, demikian juga gerak akal dan gerak jiwa,
semuanya haruslah menurut sunnah Rasulullah saw dan tidak boleh ditambahtambah,
dirubah ataupun dikurangi.
Hanya saja yang acapkali kita jumpai, tidaklah seperti maksud uraian diatas, bahkan
menciptakan cara salat yang tidak berdasar, walaupun maksud/tujuannya dapat
kita mengerti. Namun demikian; benar atau tidak salat hasil ciptaan ini, tentulah kita
harus kembali pada syarat dan rukun salat serta ketentuan salat sebagaimana
mestinya.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengada-ada
dalam agama kami ini sesuatu yang bukan daripadanya, maka yang diada-adakan
itu ditolak”.
Walhasil; dengan mendirikan salat sebagaimana mestinya, kita dididik untuk
disiplin dan mematuhi aturan.
Pada umumnya kita acapkali alpa dalam mendirikan salat secara berjamaah,
yangmana sebenarnya dalam jamaah inilah terdapat hikmah yang sangat dalam.
Yaitu kita diwajibkan untuk disiplin dan patuh pada imam dalam salat jamaah. Dan
selain itu; masing-masing kita wajib untuk meluruskan shaf, yangmana mau tidak
mau dan secara sadar, kita sama-sama saling mengatur shaf.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Luruskan shafmu, karena
meluruskan shaf itu menentukan kesempurnaan salat”.
Dalam urusan pengaturan shaf inilah, kita juga dituntun untuk saling disiplin tanpa
lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini, dalam artian berpangkat atau hanya rakyat
biasa. Bahkan; sebelum kita mendirikan salat jamaah, umumnya kita-kita yang lebih
awal datang (semisal di masjid), secara sadar dapat menempati shaf pertama
bilamana belum ada yang menempati. Demikian untuk seterusnya, tidak lagi melihat
apa dan siapa kita-kita ini.
H.R Albazzaar Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah orang yang paling
lunak bahunya dalam salat dan tidak ada satu langkahpun yang lebih besar
pahalanya dari langkah seseorang yang dilakukannya untuk mengisi tempat yang
kosong dalam shaf dan menutupi/menempatinya”.
Jelaslah sudah; dengan mendirikan salat dapat membina persatuan dan
persamaan antar kita, tanpa lagi terjadi bentuk dan sifat membeda-bedakan.
Adalah sebenarnya; bila kita senantiasa mendirikan salat sebagaimana mestinya,
tentunya kita senantiasa ingat pada Allah SWT. Dalam keadaan inilah, berarti kita
juga senantiasa tenang dan tenteram setiap menghadapi segala keadaan dan
peristiwa. Kita tidak akan angkuh dan sombong selama dalam keadaan senang, atau
kita tidak akan kecewa, berduka cita dan berputus asa, karena kita senantiasa sadar
bahwasanya segala sesuatu adalah kehendak dan ketentuan_NYA.
Untuk itu; salat dapat menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam
jiwa kita Rasulullah bersabda, “Supaya kamu tidak berputus asa karena ada yang
luput daripadamu dan supaya jangan terlalu gembira dengan apa yang datang
kepadamu dan Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi sombong”.
Sebagaimana telah dikemukan sebelum ini, bahwasanya mendirikan salat
sebagaimana mestinya adalah kita harus mampu melakukan perpaduan antara gerak
jiwa dan hati dengan gerak lahir (badan), sesuai dengan aturan semestinya salat.
Hal yang demikian; akan membiasakan kita terlatih berkonsentrasi serta
memusatkan pikiran, perhatian, perasaan dan kemauan. Dimana; selanjutnya kita
akan senantiasa dapat menimbang dengan seksama, memperhatikan dengan teliti
dan mengkaji masalah dengan sebaik-baiknya. Juga kita secara sadar mampu
mengambil keputusan yang tepat dan benar serta bertindak rapih dan teliti, tanpa
lagi me_reka2.
Karenanya; dengan kita salat sebagaimana mestinya, dapat melatih
konsentrasi kita serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan kita
H.R Muslim Rasulullah bersabda, “Hendaklah mengimami kaum itu orang yang
paling ahli membaca kitab Allah. Jika mereka sama dalam soal bacaan,
hendaklah orang yang paling mengetahui sunnah Rasul. Maka jika mereka sama
pengetahuannya tentang sunnah Rasul, maka hendaklah orang yang dahulu hijrah.
Dan jika sama dalam soal hijrah, maka hendaklah orang yang lebih tua usianya. Dan
janganlah seseorang mengimami orang lain dalam kekuasaannya dan
janganlah ia duduk dirumah orang di atas tikarnya melainkan dengan izinnya”.
Yang dimaksud orang yang ahli membaca Al Quran disini adalah tidaklah semata ahli
membaca dalam artian faseh, tetapi juga ahli dalam mengartikannya serta
pengertiannya. Adalah sebenarnya kita harus mampu dengan seksama apakah
imam kita seperti demikian?
Adapun syarat sah salat ialah, Mengetahui telah masuk waktu salat, Bersih dari
hadats, Suci badan, pakaian dan tempat dari najis, Menutup aurat, serta Menghadap
kiblat. Syarat disini adalah sesuatu yang wajib dilakukan sebelum kita salat, akan
tetapi tidak merupakan bagian dari salat.
Surat An Nisaa’ ayat 103 (V:4:103)
Maka apabila kamu telah menunaikan salat, ingatlah Allah dalam keadaan berdiri,
dalam keadaan duduk dan dalam keadaan berbaring. Dan apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Luruskan shafmu, karena
meluruskan shaf itu menentukan kesempurnaan salat”.
Dalam urusan pengaturan shaf inilah, kita juga dituntun untuk saling
disiplin tanpa lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini, dalam artian
berpangkat atau hanya rakyat biasa. Bahkan; sebelum kita mendirikan salat
jamaah, umumnya kita-kita yang lebih awal datang (semisal di masjid),
secara sadar dapat menempati shaf pertama bilamana belum ada yang
menempati. Demikian untuk seterusnya, tidak lagi melihat apa dan siapa
kita-kita ini.
dalam makna lain, lurusnya shaf adalah jalan lurus kita dalam berkomunikasi dengan
Allah dan kesempurnaan salat didalam lurusnya shaf adalah mutlak. jika kita
berjama'ah. bagaimana jika dalam keadaan salat sendiri.
kemanakah shaf kita akan diluruskan?
apakah kita tidak memerlukan shaf untuk salat sendiri?
sedangkan kesempurnaan dalam salat adalah dengan lurusnya shaf
tersebut.sedangkan dalam hadis tsb rasulullah tidak menyebutkan kesempurnaan itu
hanya untuk salat berjama'ah.
Dalam pandangan awam memang demikian.
Ane akan sedikit Ganjel bangkunya bang @Rizkyka biar die mau buka halaman ke-
2nya
lurusnya shaf salat ini akan dilihat dari seorang Guru yang mursyid kepada
Rasulullah
karena biar bagaimanapun guru besar(imam) Kita adalah Rasulullah S.A.W, Dialah
yg meluruskan shaf kita dalam salat yang sendiri. lurus disini adalah kita mengikuti
apa yang beliau lakukan dan beliau perintahkan dalam salat. sedangkan Shaf adalah
kita yang berada dalam barisan orang-orang yang mengikutinya (Rasulullah S.A.W).
Jika kita tidak dapat mengetahui apa2 yang beliau (Rasulullah) lakukan dalam salat.
kita dapat bertanya atau berguru pada seorang guru yang Mursyid. karena dialah
Imam yang hidup yang mengetahui. dan sesungguhnya para mereka adalah
penanggung jawabmu dunia dan akhirat.
"Sesungguhnya AlLah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman,
ketika AlLah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari diri mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat AlLah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
(Ali Imran: 164)
H.R Muslim Rasulullah bersabda, “Hendaklah mengimami kaum itu orang
yang paling ahli membaca kitab Allah. Jika mereka sama dalam soal bacaan,
hendaklah orang yang paling mengetahui sunnah Rasul. Maka jika mereka
sama pengetahuannya tentang sunnah Rasul, maka hendaklah orang yang
dahulu hijrah. Dan jika sama dalam soal hijrah, maka hendaklah orang yang
lebih tua usianya. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalam
kekuasaannya dan janganlah ia duduk dirumah orang di atas tikarnya
melainkan dengan izinnya”.
Yang dimaksud orang yang ahli membaca Al Quran disini adalah tidaklah
semata ahli membaca dalam artian faseh, tetapi juga ahli dalam
mengartikannya serta pengertiannya. Adalah sebenarnya kita harus mampu
dengan seksama apakah imam kita seperti demikian
Apakah Imam kita demikian ??
"AlLah tidak mewajibkan orang-orang bodoh untuk menuntut ilmu, kecuali terlebih
dahulu mewajibkan orang-orang yang berilmu untuk mengajar."
(Ali bin Abi Thalib r.a.)
"Bukanlah yatim itu yang kematian Ibu atau Ayahnya, tetapi yatim abadi ialah orang
yang tidak berilmu dan tidak beradab."
(Imam Syafi'i)
demikianlah seharusnya. jika kita telah bisa membaca kitab dan sunnah Rasul juga
pernah Hijrah.. maka kita perlu mencari imam (Mursyid) yang lebih tua dari kita.
Dalam hal ini tua bisa berarti umur ataupun pengalaman serta ilmu. banyak orang
yang bisa membaca tahu sunnah Rasul juga pernah hijrah, tapi mereka tidak
mendapatkan hakikat dari pelajaran tersebut untuk mencapai ketenangan bathinnya.
seperti Ane bilang diatas..lembar Ke-2.. dari pengetahuan mereka masih tertutup
bahkan masih kosong. untuk itu perlunya seorang yang telah diwajibkan untuk
mengajar.
Dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalam kekuasaannya dan jangan
lah duduk dirumah orang diatas tikarnya melainkan dengan izinnya.
jika kita telah bertemu dengan imam (mursyid), maka janganlah kita mengimami
salah seorang dari muridnya, itulah maksud dari mengimami seseorang dalam
kekuasaannya (Imam(mursyid)). karena jika itu terjadi kita akan mendapat malu
karena ilmu kita ternyata masih jauh diatas murid imam (mursyid) tersebut.
"dan jangan lah duduk dirumah orang diatas tikarnya melainkan dengan izinnya."
maksud diatas adalah jangan kita memaksakan kehendak atau minta disegerakan.
Dalam pengambilan murid ini. sang calon murid terlebih dahulu harus di Bai'at
(berikrar) dengan menyerahkan sejumlah Mahar kepada sang Imam
(mursyid).karena seorang imam (mursyid) dalam mengambil murid harus menunggu
izin dari Allah. itulah makna dari "dan jangan lah duduk dirumah orang diatas
tikarnya melainkan dengan izinnya." jika telah turun izinNYA untuk calon murid
tersebut maka sang murid akan dipersilahkan duduk diatas tikarnya untuk
dibai'at(berikrar) menjadi murid dari imam (mursyid) tersebut.

Khusu’ dan rilek jasmani rohani

1.seseorang harus rilexs jasmani/rohani dalam mengerjakan gerakan2/baca2an
sholat
2.khusu bukan berarti tdk ada godaan duniawi dlm pikiran tapi kita harus bisa
menghilangkan godaan itu dan tetap dalam keadaan rileksasi/Tuma'ninah jasmani
dan rohani kita tdk lupa tawadhu/rendah diri dihadapnya
dimulai pada saat niat konsentrasikan pikiran anda bawasanya anda pasti akan
"bertemu" dgn TUHAN pencipta semesta alam dan IA akan menyaksikan sholat anda,
rasakan dan tanamkan persaan ini dlm hati, setelah itu
baru ucapkan niat....
setelah ucapkan niat tarik nafas anda panjang2(pernafasan dada) dan hembuskan
baru ucapkan takbir, jika anda pada saat mengucapkan takbir terlintas hal2 dlm
pikiran anda sebaiknya ulangi tarik nafas lagi baru ucapkan takdir, jika masih
terlintas pikiran2 duniawi ulangi dari mulai sebelum pembacaan niat
setelah mengucapkan takbir biasanya pikiran2 duniawi akan masuk, tenangkan
pikiran dan segera "ingat" bahwa IA sedang menyaksikan anda, zat tertinggi sedang
menyaksiakan anda, tarik nafas lagi(pernafasan dada) dan jangan melanjutkan ke Al
fatihah jika masih ada pikiran2 duniawi yg masih berseliweran di benak anda,
jika pikiran tsb masih berseliweran berarti anda blm mau bertawadhu /"berendah
diri" dihadap_NYA..... lalu kenapa anda mau berendah diri dihadapn atasan,
pemimpin atau guru anda............:)
lalu bacalah alfatihah, konsentrasikan kepada bacaanya, inilah kenapa perlunya
seorang muslim indonesia setidaknya tahu secara garis besar maksud dari ayat2
alquran, dan tentunya hal ini bisa dicari dlm tafsir al-quran, dan memahami maksud
dari ayat2 alquran(tdk perlu hafal 100%) , kemudian berkonsentrasi kepada tiap
butir insyallah ayat dpt menambah kekhusukan sholat
spy tdk panjang
inti_nya tenangkan pikiran, selalu ingat jika ALLAH SWT ada di"atas" dan sedang
menyaksikan sholat anda, dan jika tiba2 ada pikiran2 duniawi yg ada dlm benak
anda, jangan langsung berpindah ke gerakan/bacaan lain sebelum anda
menghilangkan pikiran2 tsb dan khusu kembali
relaxsasikan kembali otot2 anda pada saat setelah bergerak,
contoh : pada saat baru sujud rasakan otot tangan dan bahu anda keras bukan..???,
rilekskan baru mulai membaca "bacaan sujud"
lakukan hal2 diatas insyallah anda akan menemukan sensasi luar biasa dlm sholat
anda
Itu adalah aplikasi langsung yg begitu membumi dan seharusnya sangat mudah utk
di mengerti dan dilaksanakan.
Fisik dan batin harus menyatu didalam salat,dalam hakekat ihsan:kalo engkau tidak
melihat Tuhanmu,maka sesungguhnya Tuhan mu sedang melihat kepada engkau.
Maka berdiri,ruku dan sujudlah dg sebenar2nya penghambaan diri kepada Yg Maha
Agung dg sebenar2nya berserah diri kepada Nya....
Surat An Nisaa’ ayat 43 (V:4:43)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati salat sedang kamu
mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan dan jangan mendekati
salat dalam keadaan junub kecuali orang-orang yang lewat hingga kamu mandi. Dan
jika kamu sakit atau sedang musafir atau dating dari tempat buang air atau kamu
menyentuh dengan perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik, lalu sapukanlah pada muka dan
tanganmu, Sesungguhnya Allah Maha pemaaf lagi Maha pengampun.
Dari ayat tersebut diatas, ditekankan bahwa sepanjang kita dalam keadaan mabuk
adalah diharamkan untuk salat. Sebab alasan bila mabuk kita tidak sadar akan apa
yang kita lakukan selama salat. Demikian juga pada hakekatnya, bila kita tidak
sadar apa/siapa salat sebagaimana mestinya, menunjuk bahwasanya kita tidak
dapat menentukan arah dan waktu salat. Dalam artian yang lebih dalam, selain Allah
yang kita temui.
Surat Al Mu’minuun ayat 1 dan 2 (XVIII:23:1;2)
Sungguh bahagia orang-orang mukmin, orang-orang yang khusyuk di dalam salat
mereka.
Kita tahu bahwa khusyuk merupakan pemusatan dari pikiran, perasaan dan
kemauan berlandaskan kekaguman akan kebesaran Allah dan pengharapan
keampunannya. Secara hakekatnya sebelum salat kita harus mampu menyeimbang
antara cipta, rasa dan karsa (kehendak).
H.R Al Hakim “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari ilmu
yang tidak berguna dan dari hati yang tidak khusyuk dan doa yang tidak di dengar
serta nafsu yang tidak pernah kenyang.
Pengertian hati disini bisa diibaratkan sebagai panca indera kita yang ketujuh.
Dimana hati dapat melihat yang tidak terlihat oleh indera lahir. Sebab itu;
kemampuan hati sangat ditentukan oleh kebersihannya, adakalanya hati kita kotori
dengan menyakitkan orang lain, menfitnah orang lain dengan membalikkan fakta,
dan lain sebagainya. Untuk itu; kita perlu membersihkan hati sebelum kita
melakukan segala hal. Malaikat tidak akan masuk kerumah kita yang
memelihara anjing.
Pada umumnya kita tahu bahwasanya khusyuk tidak termasuk didalam syarat sah
dan rukun salat. Sebab itu; lahirlah beberapa perbedaan pendapat perihal khusyuk
disini. Dalam kitab Ihya-u ‘Ulumiddin, imam Al ghazaly mengatakan jika kita
menghukum batalnya salat dan menjadikan kehadiran hati sebagai syarat sah salat,
menunjuk kita telah menyalahi kesepakatan para ulama fikih, sebab mereka tidak
mensyaratkan khusyuk, kecuali saat takbiratul ihram. Ketahuilah bahwasanya
ulama-ulama fiqih itu tidak mengurus soal bathin dan tidak berwenang membelah
hati, dan juga tidak membuka jalan ke akhirat. Tetapi mereka berwenang membina
hukum agama menurut amal lahir termasuk orang yang meninggalkan salat.
Imam Al Ghazaly menegaskan bahwa “Khusyuk itu merupakan Ruh salat, dan
sekurang-kurangnya yang tinggal dari ruh salat itu ialah khusyuk saat takbiratul
ihram. Kurang dari itu maka celakalah salat itu, dan dengan bertambahnya khusyuk
makin meluaslah serta meratalah ruh pada bagian-bagian salat”
H.R Ahmad dan Abu Daud Nabi saw bersabda, “Bahwasanya seorang hamba
sungguh mengerjakan salat, padahal tidaklah dituliskan baginya, melainkan separuh
dari salat itu, melainkan sepertiganya, melainkan seperempatnya, melainkan
seperlimanya, hingga ada yang sampai hanya sepersepuluhnya saja. Dan
sebenarnya yang dituliskan untuk seorang hamba itu dari salatnya hanyalah sekedar
apa yang dapat ia fahamkan daripadanya.
Jelas sudah; dalam salat nilai dan pahala salat kita ditentukan oleh sampai dimana
dan seberapa jauh ia dapat menghadirkan hatinya dalam memahami apa yang
dilakukan di dalam salat. Bilasaja kita mampu memahami salat sebagaimana
mestinya, tiada lagi yang ada selain Allah SWT. Sebab alasan inilah khusyuk itu
tempatnya di dalam hati, tetapi akan tampak nilainya pada lahir kita.
Surat Al A’raaf ayat 55 (VIII:7:55)
Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan dengan suara pelan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Surat Thaahaa ayat 7 (XVI:20:19)
Dan jika engkau mengeraskan ucapan, maka sesungguhnya DIA mengetahui rahasia
dan yang lebih tersembunyi.
Surat Al Baqarah ayat 115 (I:2:115)
Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemana saja kamu menghadap disitulah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas lagi Maha mengetahui.
Didalam kitab Ihya-u Ulumiddin; Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa masalah
khusyuk adalah maslah kejiwaan. Yaitu Pemusatan pikiran, yangmana kita harus
mampu memalingkan segala bentuk yang lahir di dalam pikiran dan memusatkan
semata hanya pada Allah; Pemahaman tentang apa yang dibaca, yangmana kita
harus mampu memahami setiap bacaan salat; Membesarkan Tuhan, yangmana kita
harus mampu dengan berendah diri dihadapan_NYA; Kagum dan gentar atas
kebesaran Tuhan, Mengharap pengampunan/rahmat Tuhan, serta Rasa malu dan
hina diri.
Kita semua tahu bahwa salat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan yang disertai dengan niat yang dimulai dengan takbir dan disudahi
dengan salam. Sebab itu salat memiliki kedudukan yang istimewa mengingat salat
merupakan kepala dari segala ibadah, Dimana Salat merupakan Tiang agama,
Ibadah pertama yang diwajibkan, Ibadah pertama yang dihisab saat kiamat, Wasiat
Rasulullah yang terakhir saat ajal akan tiba, Garis pemisah antara Islam dan kafir,
Sebagai tolak ukur bagi perkembangan ajaran Islam di dunia ini, Sebagai jaminan
kita masuk surga, serta Sebagai
syiar Islam yang utama dan merupakan tali penghubung dengan Tuhan.
Ass..Wr..Wb
Adapun syarat Sah salat ialah merupakan sesuatu yang menyebabkan sah atau
tidaknya
salat, namun demikian tidak merupakan bagian dari salat, dalam artian ketetapan
diluar salat.
Surat An Nisaa’ ayat 103 (V:4:103)
Maka apabila kamu telah menunaikan salat, ingatlah Allah dalam keadaan berdiri,
dalam keadaan duduk dan dalam keadaan berbaring. Dan apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.
berdasar ayat tersebut diatas jelas sudah bahwasanya ada ketentuan waktu dalam
mendirikan salat. Waktu dimaksud disini adalah sebagai ketentuan Allah SWT,
yangmana sangat mengandung himah dan rahasia dibalik ketentuan tersebut.
Dengan adanya waktu ini pula Allah mengisyaratkan pada kita bahwasanya salat
disesuaikan dengan kelapangan waktu dan kemampuan jasmaniah kita.tidak.
Untuk itu; kita harus mampu memahami ketentuan waktu dimaksud secara hakekat.
Sebab alasan; sepanjang kita belum mampu, maka hubungan kita dengan_NYA akan
dibatasi dengan jarak pemisah, yangmana juga sudah ditentukan oleh Allah.
Surat Al Ma’aarij ayat 4 (XXIX:70:4)
Para malaikat dan ruh-ruh naik kepadanya dalam sehari kadarnya 50 ribu tahun.
Akan tetapi; bila kita sudah mampu memahami waktu dimaksud, maka jarak
tersebut diayat atas ini, dapat ditempuh dengan kecepatan yang luar biasa. Sebab
itulah DIA memang dekat serta meliputi segala ciptaannya.
Surat Al hajj ayat 78 (XVII:22:78)
Dan berjuanglah kamu pada agama Allah dengan sebenar-benar perjuangan. DIA
telah memilih kamu dan DIA tidak menjadikan atas kamu kesukaran di dalam
agama. Agama bapak kamu Ibrahim. DIA menamakan kamu muslimin dari dahulu
dalam ini, supaya rasul-rasul itu menjadi saksi atas manusia. Maka dirikanlah salat,
tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah kepada agama Allah. DIA_lah pelindung
kamu, maka DIA_lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
H.R Bukhari dan Muslim Barang siapa yang lupa salat, maka hendaklah ia salat
bila ia telah teringat tidak ada kafarat lain kecuali itu.
Adapun bila kita hendak mendirikan salat sebagaimana mestinya, adalah kita harus
mampu melakukan pembersihan. Dalam artian; sebelum salat kita wajib terlebih
dahulu melakukan wudhu, guna menghilangkan hadats kecil, bahkan bila kita
merasa harus mandi, maka lakukanlah guna menghilangkan hadats besar.
Surat Al Maa-idah ayat 6 (VI:5:6)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mendirikan salat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
kakimu sampai dengan dua mata kaki. Dan jika kamu junub maka bersucilah dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari buang air atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah
yang baik, maka sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
menghendaki untuk menyulitkan kamu, akan tetapi DIA menghendaki
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat_NYA atas kamu supaya kamu
bersyukur.
Selain tersebut diatas di dalam mendirikan salat, kita juga harus menjadikan pakaian
dan tempat salat dalam keadaan bersih dari segala kotoran atau najis. Secara
lahiriah tempat adalah sesuatu dimana kita akan mendirikan salat dan pakaian
adalah sesuatu yang menutupi aurat kita. Sebab itu; selain lahiriah dimaksud, kita
juga harus mampu menjadikan tempat dari hal-hal selain hanya Allah semata. Dan
kita harus berpakaian yang bebas dari hijab penghalang antara kita dan Allah.
Surat Al Muddats-tsir ayat 4 dan 5 (XXIX:74:4;5)
Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah berhala.
Selanjutnya; yang perlu diperhatikan di dalam mendirikan salat adalah perihal aurat,
yangmana kita diwajibkan menutup aurat setiap mendirikan salat. Dimana; aurat
laki-laki adalah antara pusar dan lutut, serta aurat wanita adalah seluruh tubuh
kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
H.R Daraquthni dan Baihadi Sabda Rasulullah, “Aurat laki-laki antara pusar dan
lutut”.
H.R Lima Ahli hadist kecuali Nasa-i Rasulullah bersabda, “Allah tidak menerima
salat wanita yang telah dewasa, melainkan dengan bertelekung”.
Imam Al ghazaly menjelaskan bahwasanya menutup aurat adalah menutup aib
tubuhmu dari pandangan mahluk, sebab tubuh lahirmu merupakan tumpuan
pandangan manusia.
Untuk itu; selain menutup aurat lahiriah, kita juga harus mampu memahami perihal
aurat hati, dimana pada hati inilah segala aib dilahirkan. Mengingat aurat hati
tidaklah akan mungkin bisa kita tutupi dari penglihatanan Allah, maka sebaiknya kita
harus mampu dengan kesadaran penuh mau menyesali diri, malu dan takut
pada_NYA. Selajutnya; hadirkan segala rasa didalam hati, agar kita merasa hina dan
malu dihadapan_NYA, karena segala dosa yang telah kita perbuat. Berlatihlah untuk
perihal ini.
Surat Al A’raaf ayat 31 (VIII:7:31)
Hai keturunan Adam, pakailah perhiasanmu pada setiap masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang
yang berlebihan.
Pada umumnya kiita sudah tahu bahwasanya perihal kiblat, adalah perihal arah
hadap yang telah ditentukan saat kita mendirikan salat
Surat Al Baqarah ayat 144 (II:2:144)
Sesungguhnya KAMI melihat wajah-wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh
KAMI palingkan engkau kiblat yang engkau menyukainya. Maka palingkanlah
wajahmu kea rah masjidil haram. Dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah
wajahmu kerahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab Al kitab
mengetahui bahwa adalah benar dari Tuhan mereka, dan Allah tidak lalai dari apa
yang mereka kerjakan.
Sebab itu; Imam Al ghazaly berpendapat bahwa menghadap kiblat adalah
menghindarkan wajahmu dari sekian arah, kecuali baitullah.
Kita tahu bahwasanya gerak lahir hanyalah perlambang gerak bathin. Sebab itu;
menenangkan jasmani dan menetapkan kea rah satu tujuan, adalah cara agar tidak
mengganggu hati kita saat kea rah wajah Allah SWT. Adalah sebenarnya secara
hakekat; menghadap kiblat adalah membulatkan kearah satu tujuan agar hati dan
jiwa serta jasmani kita berpadu jadi satu dalam menghadap Allah SWT. Dalam hal
ini; kita harus mampu menyeimbangkan atau menyearah ketiga gerakan dimaksud.
Surat Thaahaa ayat 14 (XVI:20:14)
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka
sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.
Jelaslah sudah; bahwasanya salat didirikan semata hanya untuk mengingat
Allah. Untuk itu, kita harus mampu memahami antara salat yang semestinya
dengan yang bukan salat, agar kita senantiasa berada dijalan_NYA, dalam artian
tidak terjerumus dalam kesesatan yang nyata.
Rukun Salat
Yang dimaksud dengan Rukun salat adalah sesuatu yang menentukan sah atau tidak
sahnya salat, dan sesuatu ini merupakan bagian dari salat. Adapun Rukun salat
terdiri dari Niat, Berdiri, Takbiratul Ihram, Membaca fatihah, Ruku’, I’tidal, Sujud,
Duduk antara dua sujud, Duduk akhir, Membaca tasyahud akhir, Membaca shalawat
untuk Muhammad saw, Memberi salam, dan menertibkan rukun.
Surat Al Bayyinah ayat 5 (XXX:98:5)
Dan tiadalah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah, dengan
memurnikan ketaatan kepada_NYA dalam agama dengan lurus, mereka mendirikan
salat, menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus.
H.R Bukhari “Sesungguhnya segala amal itu hndaklah dengan niat. Dan
sesungguhnya setiap manusia menerima menurut niatnya. Maka barang siapa yang
hijrah kepada Allah dan rasulnya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya dan
barang siapa yang hijrah karena dunia yang dicarinya atau karena wanita yang akan
dinikahinya, maka hijrahmya itu menurut apa yang ia hijrah kepadanya.
Niat disini merupakan suatu perbuatan yang disebabkan unsur kesengajaan
berdasarkan kemauan sendiri tanpa bentuk paksaan. Sedangkan Niat dalam
hubungan agama adalah melakukan dengan sengaja suatu perbuatan, disebabkan
perintah Allah agr diberi ridho_NYA. Karenanya; Kita yang mendirikan salat
hendaklah dengan niat mematuhi perintah Allah semata karena Ridhonya.
Jelaslah sudah; Niat dalam salat dimaksud karena semata Ridho Allah, bukan sebab
lain, semisal untuk menanyakan atau melaporkan sesuatu, ataupun untuk
mengharap pahala.
Secara hakekat Niat ini juga adanya di hati kita, sebab itu Niat juga memiliki
hubungan yang erat dengan dimaksud Ruh salat. Maka ketika berniat, lahirkanlah di
dalam hati apa yang hendak kita kerjakan dan iklaskan semua itu semata hanya
karena Allah SWT. Karenanya; di dalam mendirikan salat tanamkanlah di dalam
ingatan bahwasanya salat itu didirikan semata hanya karena taat dan takwa kepada
Allah dalam tujuan mencari ridhonya disertai rasa mengharapkan keampunan dan
rahmat_NYA, juga diikuti rasa takut atas siksaan dan azab_NYA.
H.R Bukhari
Barang siapa salat berdiri maka itulah yang lebih afdlal, dan barang siapa salat
duduk, maka baginya seperdua dari ganjaran orang yang salat berdiri, dan barang
siapa salat tidur akan mendapat pahala seperdua dari pahala orang yang salat
duduk.
Berkata Amran Bin Hushain, “Saya berpenyakit bawazir (ambein), maka Saya
bertanya kepada Nabi saw tentang salat”. Maka sabda nabi, “salatlah berdiri, kalau
engkau tidak sanggup, maka salatlah duduk, kalau juga engkau tidak kuasa, maka
salatlah berbaring.”
Terlihat suatu hal; di dalam mendirikan salat, Allah mewajibkan kita berdiri dalam
mengerjakan salat, bila kita kuasa untuk berdiri. Bila kita ternyata tidak kuasa, maka
kerjakan salat menurut kesanggupannya.
Adapun pada hakekatnya, yang dimaksud berdiri di dalam salat ialah berdirinya kita
dengan jiwa dan raga di hadapan Allah SWT. Dimana posisi kepala kita dalam berdiri
disini, merupakan perlambang ketundukkan hati, kehinaan diri, bersih dan bebas
dari rasa takabur, angkuh, pongah dll. Dalam artian; tanamkan didalam pikiran
bahwa kita berdiri di hadapan Tuhan yang memandang tembus ke dalam jiwa,
yangmana saat berdiri didepan_NYA kita bagaikan seorang budak budak menghadap
raja. Dengan demikian; [color=red][b]seluruh anggota jasmani kita akanlah tenang
sehingga menjadi himat dan khusyuk.
H.R Syafi’I, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi Rasulullah bersabda,
“Anak kunci salat ialah bersuci, permulaannya ialah Takbir dan penghabisannya ialah
salam.”
H.R Ibnu Hibban Adalah Nabi saw apabila ia mendirikan salat, ia menghadap kiblat
dan mengangkat dua tangannya, kemudian ia mengucapkan “Allahu Akbar”.
Saat kita mendirikan salat, maka bertakbirlah sebagai pembuka salat dengan
mengangkat kedua tangan. Hal ini melambangkan kekhusukan, kehinaan dan
ketulusan hati kepada Allah SWT dan sebagai bentuk pernyataan mematuhi
ketentuan-ketentuan hukumnya.
Muttafaq ‘Alaihi “Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw masuk kedalam
masjid, kemudian masuk pula seorang laki-laki, lalu ia salat. Kemudian ia dating
memberi salam kepada Nabi. Nabi menjawab salam laki-laki itu. Kemudian Nabi
berkata, “Salatlah kembali, karena engkau belum salat.” Laki-laki itu lalu salat
kembali seperti tadi juga, dan sesudah itu ia memberi salam kepada Nabi. Nabi
berkata, “Salatlah kembali ! karena engkau belum lagi salat.” Hal itu berlaku sampai
tiga kali. Laki-laki itu lalu berkata, “Demi yang mengutus tuan membawa kebenaran,
saya tidak dapat berbuat yang lebih baik, selain cara tadi, sebab itu ajarlah saya”.
Sabda Nabi, “Apabila engkau berdiri memulai salat, takbirlah ! sesudah itu bacalah
mana yang engkau dapat membacanya dari Al Quran, kemudian ruku’lah sehingga
ada thuma’ minah (diam sebentar) dalam ruku’ itu dan bangkitlah sampai engkau
berdir lurus. Sesudah itu sujudlah sampai engkau thuma’ minah (diam sebentar)
dalam sujud itu, kemudian bangkitlah dari sujud, sampai engkau diam pula sebentar
dalam duduk itu, sesudah itu sujudlah kembali sampai engkau thuma’ minah {diam
sebentar) dalam sujud itu. Buatlah seperti itu dalam setiap salatmu”.
Kita sudah tahu bahwasanya Takbir merupakan tanda telah masuknya secara formil
ke dalam upacara munajat di hadapan Allah dengan sunguh-sungguh. Dalam takbir
ini, secara hakekatnya adalah merupakan perlambang suatu isyarat pernyataan
selamat tinggal dunia. Dalam artian dalam, semenjak kita mengucapkan Allahu
Akbar, maka segala perihal keduniawian menjadi terputus sama sekali dan hanya
Allah SWT yang ada selainnya tiada. Takbir disini merupakan bentuk pernyataan
yang tulus iklas yang memancar dari dalam lubuk jiwa kita, yangmana menunjuk
dan melambangkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Sebab itu; Saat kita bertakbir, hendaklah kita harus benar-benar mampu secara
sadar mewujudkan bahwasanya Allah itu Maha besar, Maha tinggi, Maha berkuasa
dan Maha perkasa. Kita harus mampu meniadakan hal-hal selain dari_NYA. Dan
tanamkanlah rasa di hati kita bahwasanya kita sangat hina di hadapan kebesaran
dan kekuasaan_NYA.
Imam Al Ghazaly menegaskan, bahwa bila kalimat utama (Takbir) telah
diucapkan oleh lidah, janganlah dirusak oleh hatimu, karena bila ada di
hatimu sesuatu yang lebih besar dar_NYA, maka Allah sendiri akan bersaksi
bahwa anda adalah pendusta, walaupun ucapanmu benar. Sama halnya
kesaksian Tuhan terhadap orang munafik, yang mengatakan dengan mulut
bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah, sedang hati mereka berkata
lain. Bila hawa nafsumu lebih berkuasa di dirimu dari pada perintah Allah, maka
engkau lebih patuh pada hawa nafsu dari pada Tuhan, dan ini menunjuk telah
mempertaruhkan dan membesarkan hawa nafsu. Besar kemungkinan ucapan
Allahu Akbar hanyalah semata gerakan lidah saja tanpa dukungan hati..
Jelaslah sudah; kita harus mampu memahami perihal pengucapan Allahu Akbar,
yangmana adalah ancaman bahaya besar bila tidak segera taubat dan memohon
ampun serta menyadari penuh terhadap kemurahan Allah dan keampunan_NYA.
Untuk itu; saat hendak mengucapkan Allahu Akbar, jauhilah segala nafsu yang ada
secara sadar sebenar-benarnya sadar, terlepas maksud dan tujuan pengucapannya.
Sebagai penjelas apa itu nafsu; sudi kiranya Saudara untuk memahami kembali
perihal Iblis dan Setan, yangmana dapat Saudara buka di thread “Kerjasamakah
Allah dan Iblis”.
Ass..Wr..Wb
H.R Jamaáh Sabda Rasulullah, “Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca
surat Al Fatehah”.
H.R Ahmad, Bukhari, dan Muslim Sabda Rasulullah, “Barang siapa yang salat,
tetapi tidak ia membaca ummul Quran, maka salat itu kurang, tidak sempurna”.
Jelas sudah bahwasanya membaca Fatehah dalam setiap rakaat salat adalah wajib
hukumnya. Al Fatehah adalah kata-kata doa yang dipanjatkan kepada Allah
dengan sepenuh hati (munajat), dimana dengan Al Fatehah inilah kita berbicara
dengan Allah SWT. Sebab itu; dahulukan hati sembari diikuti ucapan lidah, dalam
artian ingatlah terlebih dahulu di dalam hati perihal makna setiap ayatnya,
kemudian barulah dibarengi dengan pengucapannya
1. Bismillaahirrahmaanirrahiim, masukkan di dalam hati bahwa segala urusan
adalah di tangan DIA, tidak ada yang disembah selain Allah SWT. Kata Rahman
merupakan asal muasal rahmat yang melimpahkan segala nikmat dan kebaikkan.
Kata Rahim merupakan isi dari rahmat dan kebaikan, yangmana adalah sifat yang
hakiki dari Allah SWT.
2. Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin adalah kepunyaan Allah dan hak_NYA, yang
menjadikan dan mengatur segala perihal alam semesta. Diawali pintu langit pertama
dibuka oleh_NYA dengan maaf dan rahmat Allah.
3. Arrahmaanir rahiim Dalam hal ini, Allah SWT senantiasa memberi rahmat pada
setiap mahluk, dan kita harus ingat atas pengharapan dari_NYA. Kemudian pintu
langit kedua dibukakan oleh_NYA dengan berkah dan maaf Allah.
4. Maaliki yaumiddin merupakan pernyataan bahwa Allah SWT sendirilah yang
mengurusi segala perihal di hari akhir (bukan Nabi, guru atau lainnya). Kita
harus ingat, saat hari akhir tidak ada satupun yang diharap selain Allah. Selanjutnya
dibukakan pintu langit ketiga oleh_NYA dengan kemuliaan dan ketinggian Allah.
5. Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’ in adalah bahwasanya kita memohon
pertolongan hanya pada Allah (bukan Nabi, guru atau lainnya), dan hanya
menyembah Allah SWT. Setelahnya, dibukakan pintu langit ke empat dengan taufik
dan pemeliharaan Allah.
6. Ihdinash shiraathal mustaqiim menunjuk bahwasanya hanya pada Allah jualah
kita memohon diberi jalan yang benar, baik untuk ilmu ataupun amal. Sebab tidak
akan sempurna (sesat) suatu jalan selain petunjuk Allah SWT. Dan dibukakan pintu
langit ke lima dengan kebajikan dan hidayah Allah.
7. Shiraathal ladziina ‘an ‘amta ‘alaihim merupakan bentuk pengingat kita atas
orang-orang yang telah mendapat nikmat Allah SWT, sebab mereka beriman yang
benar dan beramal yang saleh. Serta dibukakan pintu pintu langit ke enam dengan
keutamaan dan kemuliaan Allah.
8. Ghairil maghdluubi ‘alaihim waladldlaalliin adalah sebagai bentuk
permohonan kita pada Allah, agar dijauhi dari orang-orang yang dibenci Allah
(sombong, takabur, sesat, dll). Kemudian dibukakan pintu langit ke tujuh dengan
ditetapkan atas Islam dan terpelihara dari jalan yang sesat.
9. Aamiin adalah kata akhir pengucapan yang harus di dasari bentuk pengharapan
dari hati dan jiwa kita, semoga Allah SWT mengabulkannya. Saat inilah pintu ‘Arsy
dibuka oleh Allah dengan dikabulkan atas permohonan kita. Alif tertulis di ‘Arsy
adalah merupakan huruf pertama, dari Taurat. Mim tertulis di kursi merupakan huruf
kedua, dari Injil, Ya tertulis di lauhil mahfusz adalah huruf ketiga, dari Zabur dan
Nun tertulis di Qalam merupakan huruf keempat, dari Quran.
Karenanya; kita harus benar dalam mengucapkan lafaz kata A dan Min. Bila
diucapkan AMIIn artinya kita menyatakan dipercaya. Bila diucapakan AAMIN artinya
kita mengatakan percayalah.
Surat Al Hajj ayat 77 (XVII:22:77)
Hai orang-orang beriman, rukuklah, sujudlah dan sembahlah Tuhan kamu dan
berbuatlah kebaikan supaya kamu memperoleh kemenangan.
H.R Bukhari dan Muslim Kemudian rukuklah engkau hingga engkau tenang
seketika.
Ruku dalam salat adalah wajib hukumnya, yangmana merupakan bentuk pernyataan
kita atas kebesaran Allah dibarengi kerendahan diri kita dihadapan_NYA. Caranya
adalah menundukkan badan dengan posisi tulang belakang dan leher harus lurus,
serta meletakkan kedua telapak tangan di kedua lutut.
H.R Ahmad, Thabarani, Ibnu Khuzaimah dan hakim Seburuk-buruk orang
mencuri, ialah orang yang mencuri di dalam salatnya. Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, bagaimanakah ia bisa mencuri dalam salat?” Rasul menjawab, “Tidak ia
sempurnakan rukuk dan sujudnya”, atau Rasul berkata, “Tidak ia luruskan tulang
belakangnya dalam rukuk dan sujudnya”.
Lafaz Subhaana rabbial ‘azhiim adalah merupakan bacaan tasbih yang
menyatakan kesucian Allah, sebab itu kita harus mampu menanamkan dalam hati
dan jiwa atas kebesarn_NYA
H.R Bukhari dan Muslim Abi Humaid berkata, “Dan apabila ia (Nabi) mengangkat
kepalanya dari rukuk, ia berdiri lurus-lurus, sehingga semua tulang persendian
kembali ketempatnya masing-masing.
H.R Muslim Aisyah r.a berkata, “maka adalah Nabi apabila ia mengangkat kepala
dari Rukuk ia tidak sujud sehingga ia berdiri lurus lebih dahulu.
Sebab itulah Iktidal adalah merupakan rukun salat yang wajib, dimana pada posisi
ini kita dengan penuh harap semoga Allah mengasihi kita.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Kemudian sujudlah engkau hingga
engkau engkau tenang dalam keadaan sujud itu, kemudian angkat kepalamu hingga
engkau tenang dalam keadaan duduk, kemudian sujud lagi sehingga engkau
berhenti dalam keadaan sujud itu”.
Muttafaq ‘Alaihi Aku disuruh untuk sujud atas tujuh anggota, atas dahi dan ia
menunjuk juga kepala hidung dan dua tangan, dua lutut dan dua ujung kaki.
Karenanya kita diperkenankan berdoa di dalam posisi sujud, mengingat keadaan
yang paling baik adalah ketika berdekatan dengan Allah SWT.
H.R Muslim, Abu Daud dan An Nasa Rasulullah bersabda, “Sedekat-dekat hamba
kepada Tuhannya, ialah di kala hamba itu sedang sujud, sebab itu perbanyaklah doa
dalam sujud itu”.
Suju didalam salat merupakan puncak dari kehinaan diri, dimana pada posisi ini kita
meletakkan anggota badan yang paling mulia dan wajah ketempat yang hina, yaitu
tanah. Bilamana dimungkinkan, kita harus mampu melakukan tanpa suatu
pembatas, sehingga langsung bersujud di bumi (tanah). Saat sujud ini, hadirkan
dengan hati atas kekaguman kebesaran Allah. Pembacaan Tasbih saat sujud
merupakan ekspresi atas pernyataan kita bahwa Allah SWT adalah Maha tinggi.
Sujud disini adalah merupakan rukun salat yang paling besar dan klimaksnya salat.

Ass..Wr..Wb

Duduk diantara dua sujud adalah merupakan rukun salat yangmana saat dalam
posisi ini hati dan jiwa kita harus takut akan azab dan siksaan serta mengharap
rahmat dan ampunan Allah SWT.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah saw bersabda, “Kemudian sujudlah engkau
hingga berhenti seketika, kemudian bangkitlah engkau hingga berhenti seketika,
kemudian sujudlah engkau hingga berhenti pula seketika”.
Kemudian setelahnya kita memasuki rukun salat yaitu duduk akhir, sebab alasan
Rasulullah saw senantiasa duduk pada akhir salatnya. Dari Abi Humaid AsSa’idi
berkata, “Dan apabila ia duduk pada rakaat yang akhir, ia majukan kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanan, serta duduk di atas pinggulnya”. H.R Bukhari
Rukun salat yang ke sepuluh adalah membaca Tasyahud akhir. Dalam hal ini kita
harus mampu meresapkan ke dalam jiwa dan hati, bahwasanya segala kehormatan,
ibadah, dan sesuatu, adalah semuanya milik Allah SWT. Dimana; saat ini kita harus
benar-benar mampu menjadikan keadaan perihal kehormatan, kebesaran,
ketinggian, kemuliaan dan kesejahteraan tidak ada yang dapat menyaingi Allah
SWT.
Kita juga harus benar-benar memohon rahmat dan berkah Allah SWT. Dan kita
hendaklah memohon keselamatan dan kesejahkteraan untuk diri kita sendiri dan
hamba Allah yang saleh. Serta kita harus benar-benar menjalani segala perintah
Allah dan Rasulullah dengan ketaatan dan ketakwaan.
H.R Syafi’I,Muslim, Abu Daud, dan An Nasa i Adalah Nabi saw mengajarkan
kepada kami tasyahud sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami Al Quran.
Dalam duduk ini kita diwajibkan membaca shalawat atas nabi Muhammad saw, yang
juga merupakan rukun salat. Namun demikian juga ada pendapat bahwa membaca
shalawat adalah sunah hukumnya. Terlepas dari hukumnya; saat kita membacanya,
harus mampu mengingat dengan kesadaran atas segala jasa-jasa Rasulullah dan
memohon kepada Allah SWT untuk memberikan rahmat dan berkah serta
kemuliaan_NYA. Dalam posisi ini, kita juga harus mampu secara khusuk dan khidmat
dengan pengharapan yang penuh bahwa kita sangat berhajat kepada Allah untuk
diperkenankan segala permohonan kita.
Rukun salat yang kedua belas adalah memberi salam, merupakan pertanda bahwa
kita telah selesai dari munajat (berdialog) dengan Allah SWT, dalam artian telah
menyelesaikan salat. Saat kita memberi salam, haruslah sadar bahwasanya kita
wajib berbuat ihsan (sedekah yang bukan wajib) dan islah (perdamaian) atas
lingkungan kita. Kita juga harus mampu menjadikan salat ini seolah-olah salat yang
terakhir, mengingat apakah kita masih diberi kesempatan untuk mendirikan salat
berikutnya.
H.R Syafi’I, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi Rasulullah saw
bersabda, “Anak kunci salat ialah wudhu permulaannya ialah takbir penutupnya ialah
salam”.
H.R Ibnu Majah, Malik dan Baihaqi Rasulullah saw bersabda, “Apabila engkau
salat, maka salatlah engkau bagaikan itu salatmu yang terakhir.
Adapun rukun salat yang terakhir adalah menertibkan rukun, dimana kita harus
mampu meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya, sesuai dengan yang telah
disunahkan oleh Rasulullah saw.
H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda,”Salatlah kamu sebagaimana kamu
lihat aku salat”.
Dalam menertibkan rukun ini, menunjuk akan kepatuhan dan ketaatan kita kepada
Rasulullah. Secara hakekat; kita disuruh meletakkan sesuatu pada tempatnya, dalam
artian mendahulukan yang memang harus didahulukan, dan menjadikan kemudian
yang memang harus dikemudian.
Demikianlah rangkain uraian perihal Rukun Salat, dimana dalam mendirikan salat
kita wajib mengwerjakannya. Sebab alasan; bila kita tidak mengerjakan salah satu
rukun salat, jelas sudah bahwasanya salat yang kita laksanakan adalah menjadi
tidak sah. Berbeda halnya untuk Sunah Salat, dimana kalau kita tidak
mengerjakannya adalah salat tetap dalam keadaan sah.
Adapun sunah salat adalah Mengangkat kedua tangan, Meletakkan tangan kanan
diatas tangan kiri, Membaca doa Iftitah, Isti’ Aadzah, Membaca amin, Membaca Al
Quran sesudah Al Fatehah, Membaca takbir sewaktu berpindah, Tata cara rukuk,
Bacaan di waktu rukuk, Bacaan ketika bangkit dari rukuk menuju i’tidal, Cara turun
ke sujud dan cara bangkit dari sujud, Tata cara sujud, Jangka waktu sujud dan
bacaannya, Tata cara duduk diantara dua sujud, Duduk istirahat, Tata tertib duduk
waktu tasyahud, Tasyahud pertama (awal), Shalawat atas Nabi saw, dan Doa
sesudah tasyahud dan sebelum salam.
Ass..Wr..Wb
Sunah secara etimologi adalah suatu jalan yang dilalui atau suatu pekerjaan yang
sudah menjadi tradisi. Akan tetapi sunah dalam pengertian hokum Islam adalah
suatu pekerjaan yang dituntut oleh perintah namun tidak menunjuk wajib, dimana
bila kita mengerjakannya akan mendapat pahala dan mengabaikannya tidak
mendapat dosa.
Dalam kita Ihyaau ‘Ulumiddiin (Imam Al Ghazali) tertulis, “Kalau anda
mengemukakan: Kami dapat memahami dibedakannya sunah dari yang
wajib, karena bila tertinggal yang wajib, maka salat menjadi tidak sah,
sedang yang sunah tidaklah begitu, tetapi bagaimana membedakan antara
yang sunah dengan yang sunah juga, sedang semuanya disuruh secara
sunah, tanpa berdosa bila ditinggalkan, dan semuanya berpahala jika
dikerjakan. Jadi apa artinya ini??
Ketahuilah bahwa persamaan itu tentang pahala dan dosa serta sunahnya,
tidaklah menghapuskan perbedaan nilainya masing-masing. Marilah kami
jelaskan dengan satu perumpamaan. Seorang manusia barulah dinamakan
manusia sempurna bila mempunyai hawa dan anggota badan. Nyawa adalah
ruh yang memberi hidup dan anggota badan adalah tubuh serta alatalatnya.
Diantara anggota ini ada yang vital dan tanpa dia manusia tidak akan hidup;
seperti jantung, hati dan otak serta anggota lainnya (setara), dimana kita
tidak mungkin hidup tanpa dia. Ada juga anggota yang tanpa dia kita tetap
hidup, walau tujuan hidup tidak sempurna lagi; seperti mata, lidah, kaki dan
tangan. Sebagian lagi, jika tidak ada tidaklah menyebabkan kita tidak hidup
dan mengganggu tujuan hidup, tetapi hanya menghilangkan keindahan
rupa; seperti alis, mata, janggut, kumis dan kecantikan kulit. Diluar
sebagian lagi, jika tidak ada tidak kan mengganggu keindahan, hanyasaja
mengurangikesempurnaannya saja; seperti lentiknya alis mata, hitamnya
janggut dan kumis, serta ketampanan potongan dan warna kulit yang
kuning langsat.
Semuanya bertingkat-tingkat nilainya, begitu pula dalam hal ibadah yang
mempunyai bentuk menurut rupa yang diadakan agama. Dan kita beribadat
dinilai menurut berkurang lebihnya bentuk yang dihasilkan. Nyawa dari
ibadah yang menghidupkannya adalah kehikmahan hati, pemasangan niat,
pemusatan pikiran dan keikhlasan.
Analoginya adalah; Rukuk, sujud, berdiri, serta rukun swalat lainnya, di
ibaratkan sebagai jantung, kepala , hati, dan lainnya yang setara. Maka
apabila salat tanpa rukun adalah menjadi tidak sah, karena akan hilang
wujud salatnya. Dan perihal segala macam sunah, di ibaratkan bagian
tangan, kaki dan mata. Maka apabila tanpa sunah adalah salat tetaplah sah,
sebagaimana hidup tanpa anggota kaki, tangan dan mata. Akan tetapi bila
orang hidup tanpa anggota tersebut adalah dikataogorikan manusia yang
cacat, umumnya jelek dan tidak disukai. Demikian halnya untuk cara-cara
berkatagori sunah, di ibaratkan bulu mata, janggut dan alis. Adalah akan
hilangnya keindahan tanpa unsur ini. Juga untuk hal pengucapan bacaan
yang sunah, bagaikan penyempurnaan kecantikan seperti melengkungnya
alis, janggut yang rapi, dan sebagainya.
Salat adalah satu persembahan kita untuk mendekatkan diri kehadapan
Allah. Persembahan inilah yang dibawa kehadapan Allah. Ibarat kita
menghadiahkan seorang wanita untuk menyenangkan hati raja, maka
kejelekan dan kecantikan wanita ini adalah kita yang menentukan.
Janganlah kita dalam belajar fiqih hanya dapat membagi-bagi mana yang
wajib dan sunah, lantas meninggalkan sunah sebab alasan pengertian
sunah. Beginilah hendaknya cara kita memahami kedudukan tingkat-tingkat
sunah yang menjadi tata cara utama dan adab salat. Setiap salat yang tidak
disempurnakan rukuk dan sujudnya akan menjadi musuh pertama terhadap
kita yang mengerjakannya.
Dari Abi Hurairah, “Adalah Nabi saw apabila ia berdiri hendak melakukan salat, ia
mengangkat kedua tangannya dengan terkembang. H.R yang berlima kecuali
Ibnu Majah
Mengangkat kedua tangan adalah suatu cara ata tata karma untuk membesarkan
dan mengagungkan Allah SWT. Dalam hal ini kita memberitahukan bahwasanya kita
telah berpaling dari segala hal selain Allah SWT, yangmana kita memalingkan hati,
pikiran, perasaan dan kehendak/kemauan dari segala hal selain semata pada Allah
SWT. Sebab itu; mengangkat tangan sambil bertakbir saat awal salat adalah bentuk
pernyataan selamat tinggal alam semesta dan yang ada hanya bentuk munajat,
doa, memuja dan zikir kepada Allah SWT. Karenanya; selama kita mendirikan salat,
kita harus mampu meniadakan ingatan pada yang lain dan hanya selain Allah SWT.
Kita harus mampu untuk tidak mengetahui segala hal yang ada disekitar kita.
Setelahnya; barulah kita kembali kea lam semsta ini saat setelah mengucapkan
salam, yaitu sebagai pertanda selesainya munajat kita dengan Allah SWT.
H.R Bukhari, Ahmad, dan Malik dalam Muwathatha’ “Bahwa manusia disuruh
meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya diwaktu salat”. Berkata Abu
Hazim, “tiada lain yang saya ketahui hanyalah bahwa hal ini diterimanya dari
Rasulullah saw sebagai sumbernya”.
Sebab itu; didalam mendirikan salat kita di sunahkan untuk meletakkan tangan
kanan diatas tangan kiri. Perihal peletakkan tumpuan kedua tangan ini, adalah dua
versi, yaitu diletakkan di bawah pusar, di atas pusar dan di dada. Peletakkan kedua
tangan ini adalah sebagai bentuk bahwasanya kita sedang memusatkan dan
mengumpulkan anggota-anggota bathin untuk menghadap Allah SWT.
Kemudian; kita disunahkan untuk membaca doa iftitah sebelum membaca Al
fatehah.
H.R Bukhari dan Muslim dan Ash habus sunah, kecuali Turmudzi, “Bila
Rasulullah saw bertakbir di waktu salat ia berhenti sejenak sebelum membaca Al
fatehah. Maka aku bertanya, “Ya Rasulullah, demi ibu bapakku yang menjadi
tebusan anda, apakah yang and abaca sewaktu anda diam sejenak di antara takbir
dan membaca Al fatehah? Rasulullah menjawab, “yanga aku baca adalah Ya Allah,
jauhkanlah di antaraku dan kesalahanku, sebagaimana telah ENGKAUjauhkan di
antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana
dibersihkannya kain yang putihdari kotoran. Ya Allah, cucikanlah aku dari
kesalahanku dengan salju, air bersih dan air embun.
Allaahumma baa’id bainii wa baina khathaaya ya kamaa baa’adta bainal
masyriqi wal maghribi, Allaahuma naqqinii min khathaayaaya kamaa
yunaqaatstsaubul abyadlu minad danasi, Allaahumagh silnii min
khathaayaaya bitstsalji wal maai wal baradi
Jelaslah sudah; di dalam salat adalah sebenarnya kita memohon untuk
dibersihkan atau disucikan oleh Allah, sebelum kita bermunajat (berdoa dengan
hati) pada Allah SWT. Untuk itu; bilasaja kita senantiasa salat, adalah sebenarnya
kita senantiasa disucikan oleh Allah, dan bukan disucikan oleh Rasul, guru atau
lainnya, bahkan dengan cara lainnya. Sebab itu; kita harus memahami segera
perihal mendirikan salat, agar kita tidak tersesat oleh kata/kalimat
pensucian/pembersihan selain dari salat.
Ada banyak jenis doa iftitah yang di ajarkan oleh Rasulullah saw, dan menurut al
ustadz Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam kitab Shifatu shalatin Nabiyyi saw
adalah terdapat kurang lebih empat belas macam, yang pernah di ucapkan atau di
akui oleh Rasulullah saw. Membaca doa iftitah sebelum Al fatehah adalah menunjuk
bahwa kita telah menyatakan diri sudah siap dan hadir di hadapan Allah SWT untuk
melaksanakan segala kewajiban yang berhubungan dengan munajat pada_NYA.
H.R Ahmad dan Turmudzi, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila ia berdiri untuk
melakukan salat, ia membaca doa iftitah, kemudian membaca Isti’ aadzah.
Isti’ aadzah adalah membaca A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim, adalah
disunahkan sebelum kita membaca Al fatehah. Hal ini disebabkan, bahwa setan
senantiasa berusaha menggoda kita saat sedang beibadah kepada Allah SWT. Dan
khususnya dalam mendirikan salat, setan akan berusaha menggoda kita agat kita
tidak khusuk saat sedang dalam salat.
Surat Al Baqarah ayat 208 (II:2:208)
Hai sekalian orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam ke seluruhnya,
dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu.
Surat An Nahl ayat 98 (XIV:16:98)
Maka apabila engkau hendak membaca Al Quran, mohonlah perlindungan Allah dari
setan yang terkutuk.
Oleh sebab itu; agar kita terpelihara dari gangguan-gangguan selama dalam
memahami makna dari ayat-ayat yang dibaca, juga supaya terpelihara dari was-was
setan, rintangan, halangan serta goresan-goresan di dalam hati sebab oleh bisikan
setan, adalah sebaiknya kita membaca Isti’aadzah.
Ass..Wr..Wb
Adalah di sunahkan bagi setiap kita yang salat, terlepas siapa saja, untuk
mengucapkan aamiin, apakah kita seorang diri, seorang makmum ataupun seorang
imam bahkan juga secara bersama-sama saat salat berjamaah.
H.R Bukhari, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Bila imam membaca ghairil
maghdluubi ‘alaihim wa ladldlaalliin, maka kamu bacalah juga aamiin, karena barang
siapa bacaan aamiin_nya bersamaan dengan peng-aamiin-an malaikat, diampunilah
dosanya yang telah berlalu”.
Pengucapan aamiin adalah mengandung bisikan halus dalam jiwa kita, dengan penuh
harap agar kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang memperoleh
kemenangan, seperti halnya para nabi, shiddiiqiin, syuhadaa dan shalihiin. Dimana
adalah golongan yang hidup mengenal kebenaran, meyakini, menghayati dan
mengamalkan serta berjuang mengembangkan dan membela kebenaran dimanapun.
Disunahkan bagi kita untuk membaca sebuah surat atau beberapa ayat Al Quran
setelah membaca Al fatehah.
H.R Bukhari, Muslim dan Abu Daud, bahwa Nabi saw membaca pada kedua
rakaat pertama dari salat dzuhur, Al fatehah dan dua surat, dan pada dua rakaat
akhir dengan Al fatehah saja. Dan kadang-kadang diperdengarkannya kepada kami
bacaan ayatnya. Dan ia panjangkan bacaan pada rakaat yang kedua. Demikianlah
juga pada salat Ashar dan juga salat subuh.
Penjelasan dari Abi Hurairah Pada setiap salat dibaca Al Quran. Maka apa-apa
yang diperdengarkan oleh Rasulullah saw, kami perdengarkan kepada anda semua.
Dan apa-apa yang ia sembunyikan, kami sembunyikan pula. Jika anda tiada
membaca tambahan dari Al fatehah,memadailah itu, jika anda menambah bacaan
surat itu adalah lebih baik lagi.
Jelaslah sudah; bahwasanya bila kita tidak membaca surat Al Quran setelah
Alfatehah, maka salat tetap sah. Dan sebaliknya adalah lebih baik, mengingat
termasuk dalam sunah.
Surat atau ayat-ayat Al Quran adalah merupakan kalam illahi dan wahyu Allah, yaitu
sebagai petunjuk, rahmat dan pedoman hidup kita semua. Sebab itu; saat
membacanya kita harus mampu merenungkan isinya dan memahaminya dengan
sebaik-baiknya, terlepas apakah saat salat ataupun tidak.
H.R Muslim Rasulullah bersabda, “Bacalah Al Quran itu, sesungguhnyaAl Quran
akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat bagi yang membacanya”.
H.R Bukhari dari Utsman bin Affan, “Yang paling baik di antara kamu ialah orang
yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya”.
Untuk itu; bila dalam salat kita membaca Al Quran, adalah supaya kita benar-benar
merasakan, bahwa kita sedang berdialog dan berbicara dengan Allah SWT. Dalam
artian; benar-benar akan dapat terlaksana dan dirasakan oleh kita yang sedang
salat, sepanjang kita benar-benar memahami makna dan maksud dari ayat yang
dibaca. Selama kita membacanya dengan sepenuh hati dan pengertian yang dalam
ke jiwa, adalah akan menjadikan suatu kondisi dimana pikiran, perasaan dan
kemauan kita (cipta, rasa dan karsa) terpusatkan sepenuhnya menghadap Allah
SWT.
Muttafaq ‘Alaihi, Rasulullah bersabda, “hendaklah engkau sembah Allah itu,
seolah-olah engkau melihatnya, jika sekiranya engkau tidak melihatnya, maka
sesungguhnya Allah itu melihatmu”.
Membaca takbir sewaktu berpindah adalah disunahkan untuk kita, kecuali bangkit
dari rukuk (iktidal).
H.R Ahmad, Nasaai, dan Turmudzi berkata Ibnu Mas’ud r.a, “saya lihat Rasulullah
saw mengucapkan takbir setiap kali turun dan bangkit, berdiri dan tunduk”.
H.R Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud, Berkata Abu Hurairah, “adalah
Rasulullah saw, apabila ia berdiri hendak salat, ia membaca takbir ketika berdiri,
kemudian membaca takbir lagi, ketika rukuk, kemudian ia membaca Sami’ Allaahu
liman hamidah, ketika ia bangun meluruskan tulang belakangnya dari rukuk.
Kemudian ia membaca Rabbanaa lakal hamdu, sebelum ia sujud, kemudian ia
bertakbir lagi ketika mengangkat kepalanya. Kemudian ia bertakbir lagi ketika ia
bangun dari duduk menjelang rakaat kedua. Demikianlah dilakukannya seterusnya
pada setiap rakaat sehingga salat selesai”.
Pengucapan Allahu Akbar disertai dengan pemahaman makna yang
sebenarnya, akan dapat menyadarkan kita dari hal kesombongan, angkuh
dan takabur, ujub (ke-aku-an) dan lain sebagainya. Untuk itu; jadikan takbir
sebagai cara untuk menyadarkan kita dari hal yang dilarang oleh_NYA, bukan untuk
menyatakan hal-hal yang dilarang_NYA.
Kita tahu bahwasanya; yang diwajibkan dalam rukuk adalah hanya pada posisi
membungkukkan badan dengan kedua tangan mencapai kedua lutut. Akan tetapi;
kesempurnaan tata cara rukuk adalah disunahkan. Semisal meratakan posisi kepala
dengan tulang pinggul dan meluruskan tulang punggung serta lainnya.
H.R Ahmad, Abu Daud, dan Nasa i; berkata ‘Uqbah bin ‘Amir, “bahwa ia rukuk,
maka diregangkannya kedua tangannya dan diletakkannya ke atas lututnya, dan
dikembangkannya jari-jarinya dari belakang lututnya. Kemudian katanya, beginilah
saya lihat Rasulullah saw melakukan salat.
Pada umumnya; di dalam rukuk, mata tertuju ke tempat sujud, menunjuk bahwa
sedang malakukan pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan, yaitu semata hanya
pada Allah SWT. Tata cara rukuk lainnya, adalah untuk lebih menunjuk atas sikap
khidmat dan penghormatan yang setulus-tulusnya di hadapan Allah SWT. Dengan
mematuhi perintahnya secara tulus dan penuh hati, kita akan mendapat rahmat dan
kasih saying Allah SWT. Aamiin.
Saat kita rukuk, adalah disunahkan untuk membaca salah satu dzikir yang di ajarkan
oleh Rasulullah saw., semisal adalah Subhaana rabiyal azhiim (Maha suci Tuhanku
yang Maha besar). Saat ini; kita menyatakan dan mangaku bahwasanya Tuhan itu
Maha suci dari segala sifat kekurangan dan dari diperserikatkan atas segala apapun
juga. Segala sesuatunya, yaitu segala mahluk adalah kecil dan hina serta tidak ada
apa-apanya di hadapan Allah SWT.
Apabila yang kita baca adalah Subhaanakal laahumma rabbanaa wa bihamdika,
Allaahummaghfirlii (Maha suci ENGKAU ya Allah Tuhan kami, dan dengan
memuji_MU, ampunilah dosaku). Maka selain bentuk pernyataan dan pengakuan,
kita juga memohon ampunan segala dosa dan kesalahan. Dalam hal ini; kita juga
menyatakan dan mengakui bahwasanya sebagai manusia tidak ada yang bersih, suci
dan terpelihara dari dosa dan kesalahan.

Ass..Wr..Wb

Disunahkan bagi kita untuk membaca tasmi’ (Sami Allaahu liman hamidah = Allah
mendengar orang yang memujinya) saat bangkit dari rukuk, terlepas apakah imam,
makmum atau saat salat sendiri. Kemudian setelah posisi berdiri lurus, hendaklah
membaca tahmid (Rabbanaa lakal hamdu atau Allahumma rabbanaa wa lakal hamdu
= Ya Tuhan kami, dan bagi_MU_lah segala puji atau Ya Allah Tuhan kami, dan
bagi_MU_lah segala puji).
H.R Ahmad dan Syaikhaan Berkata Abi Hurairah r.a, “Bahwa Nabi saw
mengucapkan Sami allaahu liman hamidah ketika mengangkat punggungnya dari
rukuk, kemudian sewaktu berdiri ia mengucapkan Rabbanaa wa lakl hamdu”.
Perihal pengucapan tasmi’ dan tahmid, adalah banyak pendapat. Satu sisi
mengatakan diucapkan oleh setiap orang saat salat, baik imam, makmum ataupun
sendirian. Sisi berbeda mengatakan, pengucapan tasmi’ hanya dilakukan oleh imam
dan yang salat sendirian. Sedangkan untuk makmum tidak membaca tasmi’ dan
cukup tahmid saja.
Saat kita akan berdiri atau bangkit dari rukuk menuju iktidal, kita mengucapkan
tasmi sebagai pernyataan keyakinan kita, bahwasanya Allah senantiasa mendengar
puja puji kita pada_NYA dan memperhatikan segala gerak lahir dan bathin kita.
Kemudian kita mengucapkan tahmid, adalah merupakan sanjungan dan pujian kita
pada Allah SWT yang menentukan segalanya. Dalam hal ini; tidak ada yang dapat
memberi, jika Allah telah melarangnya. Dan tidak ada yang dapat melarang bila DIA
memberinya. Serta tiada gunanya kebesaran, kemegahan, kepangkatan dan lain
sebagainya, di hadapan kebesaran dan kemegahan Allah SWT.
Dalam posisi ini,maka kita semakin sadar bahwasanya kita adalah hamba atau budak
yang hina di hadapan Allah SWT. Dan kita akan memperoleh kedudukan mulia dan
terhormat apabila kita senantiasa mematuhi segala perintah_NYA. Kecintaan kita
kepada Allah SWT akan menyebabkan kita rela memberikan dan mengorbankan
segalanya, demi untuk memenuhi tuntutan cinta kita pada Allah SWT.
Adapun cara turun ke sujud dan cara bangkit, juga merupakan sunah salat. Berikut
adalah dua pendapat perihal dimaksud.
Ibnul Qayyim berkata, “Nabi saw menaruh kedua lututnya sebelum kedua
tangannya ke lantai, kemudian baru kedua tangan, lantas kening dan hidung.
Abi Hurairah berkata, “Bahwa Nabi saw, bila sujud, ia meletakkan kedua
tangannya terlebih dahulu sebelum kedua lututnya.
Perihal cara bangkit dari sujud, juga terdapat dua pendapat. Satu sisi mengatakan
saat bangkit adalah tangan terlebih dahulu baru kedua lutut, dan sisi lain
mengatakan mulailah dengan mengangkat kedua lutut sebelum kedua tangan.
Disunahkan bagi kita saat sujud untuk memperhatikan perihal sebagai berikut.
* Merapatkan hidung, kening dan kedua tangan ke lantai, dengan meregangkannya
dari pinggul.
H.R Abu Daud, dari W ail bin Hujur, “Bahwa Nabi saw tatkala sujud ia meletakkan
keningnya di antara kedua telapak tangannya dengan meregangkan dari ketiaknya”.
* Meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan kedua telinga atau kedua bahu.
H.R Ibnu Khuzaimah, Turmudzi, dari Abu Humaid, “Bahwa Nabi saw, ketika sujud
merapatkan hidungnya dan keningnya ke lantai, meregangkan kedua tangannya dari
pinggang dan menaruh kedua telapak tangannya setentang dengan kedua bahunya”.
* Merapatkan jari-jari tangan.
Hakim dan Ibnu Hibban “bahwa Nabi saw, bila rukuk, ia meregangkan jari-jari
tangannya, dan bila sujud ia merapatkan jari-jarinya”.
* Menghadapkan ujung-ujung jari ke arah kiblat.
H.R Bukhari, Berkata Abi Humaid, “Apabila Nabi saw sujud, ia letakkan kedua
tangannya tanpa menghamparkannya dan tidak pula menggenggamkannya, dan ia
menghadapkan ujung-ujung jari kakinya ke arah kiblat”.
Adalah telah kita pahami, bahwasanya cara turun ke sujud dan tata cara sujud, pada
dasarnya menunjukkan kekhidmatan dan keiklasan mengagungkan Allah SWT.
Dalam rukuk, kita hanya menundukkan separuh badan, namun saat sujud seluruh
badan kita disujudkan ke hadapan Allah SWT. Dari wajah, hidung, dahi, kedua
telapak tangan dan lutut serta kaki, secara bersamaan menyatakan diri tunduk dan
sujud di hadapan Allah SWT, yangmana posisi kita adalah benar-benar tunduk,
pasrah dan penuh khusuk.
Adalah sebanarnya; dari tata cara laksana sujud sampai dengan bacaan yang dibaca,
baik itu tasbih ataupun doa, adalah merupakan perlambang yang menandakan
bahwasanya, seluruh batang tubuh kita, jiwa dan raga, adalah tunduk dan patuh
menghadap Allah SWT. Serta penuh rasa takut akan azab dan siksanya, juga rasa
harap akan pengampunan segala dosa dan kesalahan yang kita perbuat.
Surat Az Zumar ayat 53 (XXIV:39:53)
Katakanlah, “hai hamba-hamba_KU yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya DIA_lah yang Maha pengampun
lagi Maha penyayang.
Dalam kita salat adalah disunahkan membaca “Subhaana rabbiyal a’la (Maha suci
Tuhanku yang Maha tinggi)”.
H.R Ahmad, Abu Daud, Ibnu Maajah dan Hakim, Berkata ‘Uqbah bin Amir;
Tatkala turun ayat “Sabbihisma rabbikal a’la”, bersabdalah Rasulullah saw,
“jadikanlah ia bacaan dalam sujudmu”.
Menurut Turmudzi, sebaiknya bacaan tasbih saat rukuk dan sujud adalah sebanyak
tidak kurang dari tiga kali. Dan sangatlah sempurna bila kita membaca sebanyak
sepuluh kali.
H.R Ahmad, Abu Daud, An Nasaai, hadist Sa’id bin Jubeir dari Anas berkata,
“Tidak pernah saya melihat orang yang salatnya paling mirip dengan salat Rasulullah
saw, selain Umar bin Abdul ‘Aziz. Maka kami taksir dalam rukuk dan sujudnya, ia
membaca tasbih sebanyak sepuluh kali.
Namun demikian untuk salat berjamaah; Ibnu Abdi Bir berkata, “Hendaklah setiap
imam menyingkatkan berdasarkan perintah Nabi saw, walaupun menurut
pengetahuannya orang-orang yang di belakangnya itu kuat. Dan Ibnul Mubarak,
berkata, “disunahkan bagi imam membaca lima kali tasbih, agar makmum di
belakang sempat membacanya tiga kali.
H.R Ahmad dan Muslim, “Saat yang paling dekat seorang hamba dengan
Tuhannya, ialah ketika ia sujud. Sebab itu hendaklah kamu memperbanyak doa
ketika sujud itu.
Ketahuilah bahwa saya dilarang untuk membaca AlQuran di waktu rukuk, maupun
sujud. Maka diwaktu rukuk hendaklah kamu membesarkan Tuhan, sedang di waktu
sujud, usahakanlah padanya berdoa dengan sungguh-sungguh, karena besar
kemungkinan akan dikabulkan oleh Allah SWT.
================================================
Ass..Wr..Wb
Adapun disunahkan duduk di antara dua sujud dengan cara iftirasy, yaitu dengan
melipat kaki kiri, lalu mengembangkan dan duduk di atasnya, dengan menegakkan
telapak kaki kanan sambil menghadapkan ujung jari-jarinya kea rah kiblat.
H.R Bukhari dan Muslim, dari Aisyah, “Bahwa Nabi saw menghamparkan kakinya
yang kiri dan menegakkan telapak kaki kanannya”.
H.R Ahmad Daud, Abu Daud dan Turmudzi; Dari Abu Humaid, “Kemudian
dilipatkannya kakinyam yang kiri dan didudukinya lalu ia meluruskan badannya,
sehingga setiap tulang kembali ke tempatnya semula, dan setelah itu ia turun sujud
kembali”.
Saat posisi duduk di antara dua sujud adalah disunahkan untuk membaca doa.
H.R Turmudzi dan Abu Daud; “bahwa Nabi saw membaca ketika duduk di antara
dua sujud, Allaahummagh fir lii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii(Ya
Allah, ampunilah aku dan berilah rahmat kepadaku, tutupilah kekuranganku,
tunjukilah aku dan berilah rezeki untukku)”.
Didalam doa yang singkat dan sederhana tersebut, namun penuh khusuk dan
ketundukkan, telah tercakup segala yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan
ini. Kita memohon kepadanya untuk diampuni atas dosa-dosa, memohon diberi akan
rahmat_NYA, juga memohon ditutupi atas kekurangan-kekurangan kita, dalam
maksud agar diberi petunjuk, sebab alasan kita tidak akan hidup tenang dan
tenteram tangpa hidayah_NYA. Perihal rezeki, kita juga memohon pada_NYA, dalam
maksud menjamin kemakmuran dan kesejahteraan hidup kita, keluarga, dan
bangsa.
Perihal duduk istirahat adalah, duduk sejenak saat kita selesai dari sujud kedua,
yaitu saat hendak bangun ke rakaat selanjutnya. Adalah dalam salat disunahkan
untuk duduk istirahat. Duduk istirahat disini dimaksudkan agar lebih khikmat dan
hormat, dibandingkan kalau langsung berdiri.
H.R Jama’ah, kecuali Muslim dan Ibnu Majah; Penjelasan Imam Syaukani,
untuk Malik bin Huwairits, “Sesungguhnya ia melihat Nabi saw sedang salat, maka
bila ia berada dalam rakaat yang ganjil dari salatnya, ia tidak bangkit sebelum ia
duduk dahulu dengan sempurna”.
Ketika dalam posisi duduk tasyahud awal disunahkan untuk duduk diatas telapak
kaki kiri, dengan kaki kanan ditegakkan dan ujung jari menghadap kiblat. Letakkan
kedua tangan diatas paha dan lutut, dimana posisi jari-jari kiri dihamparkan dan
untuk jari-jari tangan kanan, ibu jari menyentuh jari tengah dengan jari telunjuk
diacungkan kearah tempat sujud serta jari manis dan kelingking digenggam.
H.R Bukhari; dari Abu Humeid, “Maka apabila ia duduk pada rakaat yang kedua,
didudukinya kakinya yang kiri dan ditegakkannya kakinya yang kanan. Kemudian ia
duduk pada rakaat yang akhir, dimajukannya kakinya yang kiri ditegakkannya yang
kanan serta ia duduk di atas pantatnya”.
Adapun untuk posisi duduk tasyahud akhir, disunahkan memajukan kaki kiri dibawah
kaki kanan, dimana kaki kanan ditegakkan dengan jari-jarinya dihadapkan kekiblat,
kemudian duduk dilantai bertumpuan dengan pantat. Mengenai posisi kedua tangan
adalah sama dengan saat duduku di tasyahud awal.
H.R Ahmad; dari Waa il bin Hujur, “Bahwa Nabi saw meletakkan telapak tangannya
yang kiri diatas pahanya yang kiri, dan diletakkan ujung sikunya yang kanan di atas
pahanya yang kanan. Kemudian digenggamnya jari-jarinya, hingga merupakan
lingkaran”.
Dan menurut riwayat lainnya, “Digenggamnya jari tengah dan ibu jari serta
menunjuk dengan telunjuk, kemudian diangkatnya sebuah jarinya (jari telunjuk) dan
di gerak-gerakannya, digunakannya untuk berdoa”.
Ada dua pendapat perihal tasyahud awal, satu sisi yaitu berdasar hadist Abdullah bin
Buhairah berpendapat adalah sunah dan lainnya yaitu Imam shan‘ani berpendapat
wajib.
Terlepas dari dua pendapat diatas, berikut adalah bacaan tasyahud awal yang umum
lakukan.
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aalii Muhammadin kamaa
shallaita ‘alaa Ibraahiima wa aali Ibraahiima, wa baarik ‘alaa Muhammadin
wa ‘aali Muhammadin kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiima wa aali Ibraahiima,
innaka hamiidun majiid
Ya Allah, limpahkanlah rahmat_MU kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana telah ENGKAU limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Dan
berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah ENGKAU berkahi Ibrahim
dan keluarganya, sesunguhnya ENGKAU_lah yang Maha terpuji dan Maha mulia.
Begitu juga untuk perihal shalawat atas Nabi saw, satu sisi mengatakan adalah
sunah dan sisi lainnya mengatakan wajib. Terlepas dari kedua pemahaman tersebut,
kiranya kita hanya mengikuti sebagaimana Rasulullah lakukan, yangmana beliau
senantiasa membaca shalawat di dalam salatnya.
Disunahkan bagi kita yang mendirikan salat untuk membaca doa sesudah tasyahud
dan sebelum salam, baik yang berhubungan dengan dunia ataupun akhirat.
H.R Muslim; dari Abdullah Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya Nabi saw mengajarkan
kepada mereka tasyahud, akhirnya beliau menegaskan, kemudian pilihlah doa yang
kita sukai.
Berikut adalah salah satu contoh doa dari sebelas macam doa yang diajarkan
Rasulullah saw untuk dibaca sebelum salam.
Muttafaq ‘Alaihi; hadist ‘Aisyah r.a, “Bahwa Nabi saw berdoa di dalam salat,
Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qabri, wa a’uudzu bika min
fitnatiddajjal, wa a’uudzu bika min fitnatil mahyaa wal mamaati, Allahumma
inni a’uudzu bika minal ma’tsami wal maghrami
Ya Allah, aku berlindung kepada_MU dari siksa kubur, dan aku berlindung
kepada_MU dari godaan dajjal, dan aku berlindung dari bencana kehidupan dan
kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada_MU dari perbuatan dosa dan dari
berhutang.
Sebab itu; doa ketika salat adalah lebih utama dan lebih besar harapannya untuk
dikabulkan oleh Allah SWT. Karenanya; tidak mengherankan Nabi saw menganjurkan
aneka macam doa saat sebelum salam.
Selanjutnya; setelah selesai berdoa, barulah kita akhiri dengan pengucapan salam ke
kanan dan kiri. Berdasarkan dalil dari Rasulullah, ada tiga jenis pengucapan salam
dimaksud, yaitu Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh, Assaalamu
‘alaikum warahmatullah, dan Assalaamu ‘alaikum.
Pengucapan salam ini adalah juga merupakan dzikir dan doa yang berisikan makna,
semoga Allah memberi keselamatan, rahmat, dan berketan kepada kita semua, baik
itu imam, makmum serta yang ada disekeliling kita.
Demikianlah kiranya; semoga kita semua mampu memahami antara rukun salat
yang wajib dan sunah. Dan semoga dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan salat
dan menghayatinya dalam rangkaian membina kekhusukan salat. Bersyukurlah
bilasaja kitadapat melakukan kekhusukan saat salat, aamiin ya Allahu.
================================================
Ass..Wr..Wb
Adalah sebenarnya; salat merupakan ibadah pokok yang pertama kali diwajibkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Slat adalah suatu ibadah
yang terdiri dari perkataan dan perbuatan yang disertai dengan niat, dimulai dengan
takbir dan disudahi dengan salam. Sebab itu; salat memiliki kedudukan yang
istimewa mengingat merupakan kepala dari segala ibadah. Salat merupakan Tiang
agama, ibadah pertama yang diwajibkan, Ibadah pertama yang dihisab saat kiamat.
Mari kita memahami perihal dari definisi salat sebagai berikut:
1. Definisi salat menurut ahli Fikih adalah Perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadat
kepada Allah sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Definisi salat menurut ahli hakekat adalah Menghadapkan jiwa kepada Allah,
yangmana dapat melahirkan rasa takut kepada Allah SWT serta dapat
membangkitkan kesadaran yang dalam terhadap kebesaran serta kesempurnaan
kekuasaan_NYA.
3. Definisi salat menurut ahli makrifat adalah menghadap kepada Allah dengan
sepenuh jiwa dan sebenar-benarnya khusyuk dihadapan_NYA, serta ikhlas
kepada_NYA dengan disertai hati dalam berzikir, berdoa dan memuji.
Hikmah dari salat adalah, mengenal dan memahami apa sebenarnya rahasia dan
faedah dari ibadah salat itu, terutama untuk jiwa dan akhlak kita-kita yang
mendirikan salat. Dengan salat dapat mencegah dari yang keji dan mungkar,
membina jiwa dan membersihkan ruh, mendidik kita senantiasa disiplin dan
mematuhi aturan, membina persatuan dan persamaan antara sesama kita,
menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa, melatih konsentrasi
pikiran, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Berhasil atau tidaknya kita memperoleh hikmah daripada salat adalah sebenarnya
ditentukan oleh dua bentuk katagori, yaitu “mendirikan salat” atau
“mengerjakan salat”. Selain itu; juga dapat dilihat dari segi akhlak, sikap dan
perilakunya.
Bila kita telah salat sebagaimanamestinya :
* Tingkah laku dan karakter kita berubah menjadi rendah hati, lemah lembut, sopan
santun dan budi pekerti baik. Sebab alasan adalah sadar dan insyaf bahwa yang
besar hanyalah DIA semata.
* kita tidak boleh bertindak sesuka hati atau seenaknya saja yaitu bukan saja
terbatas hanya pada manusia saja, akan tetapi juga pada mahluk-mahluk lainnya.
* kita harus mampu bersikap, berkata dan berbuat baik terhadap siapa saja, tanpa
pandang bulu.
* bertaubat kepada Allah dan mohon ampun apabila terlanjur melakukan suatu
kesalahan dengan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Bilasaja kita mampu mendirikan salat sebagaimana mestinya, menunjuk
bahwasanya kita senantisa berhubungan dengan Tuhan. Karenanya; ruh kita akan
tetap bersih dan suci, sehingga kita selalu dituntun oleh_NYA senantiasa untuk
berbuat kebaikan, kebenaran dan keadilan. Sebab alasan inilah; maka salat dapat
membina jiwa dan membersihkan ruh.
Adalah sebenarnya salat merupakan suatu kewajiban bagi kita semua dan
haruslah menurut sunnah Rasulullah saw dan tidak boleh ditambah-tambah,
dirubah ataupun dikurangi. Dengan waktu yang telah ditentukan, yaitu Kapan
waktu salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya, serta lainnya adalah sudah
ditentukan oleh Rasulullah saw. Demikian juga halnya untuk gerak akal dan gerak
jiwa, semuanya haruslah menurut aturannya.
Hanya saja yang acapkali kita jumpai, tidaklah seperti maksud uraian diatas, bahkan
menciptakan cara salat yang tidak berdasar, walaupun maksud/tujuannya dapat kita
mengerti. Namun demikian; benar atau tidak salat hasil ciptaan ini, tentulah kita
harus kembali pada syarat dan rukun salat serta ketentuan salat sebagaimana
mestinya.
Diharamkan untuk salat dalam keadaan mabuk. Sebab alasan; tidak sadar akan apa
yang dilakukan selama salat. Pada hakekatnya; bila kita tidak sadar apa/siapa salat
sebagaimana mestinya, menunjuk bahwasanya kita tidak dapat menentukan arah
dan waktu salat. Dalam artian yang lebih dalam, selain Allah yang kita temui.
Dalam hal berjamaah; kita acapkali alpa dalam mendirikan salat secara berjamaah,
yangmana sebenarnya dalam jamaah inilah terdapat hikmah yang sangat dalam.
Yaitu kita diwajibkan untuk disiplin dan patuh pada imam. Selain itu; masing-masing
kita wajib untuk meluruskan shaf, yangmana mau tidak mau dan secara sadar, kita
sama-sama saling mengatur shaf.
Dalam urusan pengaturan shaf inilah, dituntun untuk saling disiplin tanpa lagi
melihat apa/siapa kita. Bahkan; sebelum kita mendirikan salat jamaah, umumnya
yang lebih awal datang (semisal di masjid), dapat menempati shaf pertama bila
belum ada yang menempati. Demikian untuk seterusnya, tidak lagi melihat
apa/siapa kita.
Bilasaja kita senantiasa mendirikan salat sebagaimana mestinya, tentunya kita
senantiasa ingat pada Allah SWT. Berarti kita juga senantiasa tenang dan tenteram
setiap menghadapi segala keadaan dan peristiwa. Dalam keadaan senang, kita tidak
akan angkuh dan sombong, dan untuk keadaan sebalinya, kita tidak akan kecewa,
berduka cita dan berputus asa, karena senantiasa sadar bahwa segala sesuatu
adalah kehendak dan ketentuan_NYA. Bilasaja kita mampu melakukan perpaduan
antara gerak jiwa dan hati dengan gerak lahir (badan), sesuai dengan aturan
semestinya salat, menunjuk bahwasanya kita telah mendirikan salat sebagaimana
mestinya.
Rasulullah bersabda, “Hendaklah mengimami kaum itu orang yang paling ahli
membaca kitab Allah. Jika mereka sama dalam soal bacaan, hendaklah orang yang
paling mengetahui sunnah Rasul. Maka jika mereka sama pengetahuannya tentang
sunnah Rasul, maka hendaklah orang yang dahulu hijrah. Dan jika sama dalam soal
hijrah, maka hendaklah orang yang lebih tua usianya.
Hanyasaja yang acapkali kita jumpai adalah menjadikan imam yang hanya
ahli dalam membaca kitab keluaran Gunung agung dan Gramedia atau
sejenisnya.
Kita tahu bahwa khusyuk merupakan pemusatan dari pikiran, perasaan dan
kemauan berlandaskan kekaguman akan kebesaran Allah dan pengharapan
keampunannya. Dalam hakekatnya; sebelum salat kita harus mampu
menyeimbangkan antara cipta, rasa dan karsa (kehendak).
Imam Al Ghazaly menegaskan bahwa “Khusyuk itu merupakan Ruh salat, dan
sekurang-kurangnya yang tinggal dari ruh salat itu ialah khusyuk saat
takbiratul ihram. Kurang dari itu maka celakalah salat itu, dan dengan
bertambahnya khusyuk makin meluaslah serta meratalah ruh pada bagianbagian
salat”
dalam salat nilai dan pahala salat adalah ditentukan oleh, sampai dimana dan
seberapa jauh ia dapat menghadirkan hatinya dalam memahami apa yang dilakukan
di dalam salat. Bilasaja kita mampu memahami salat sebagaimana mestinya, tiada
lagi yang ada selain Allah SWT. Sebab alasan inilah, khusyuk itu tempatnya di dalam
hati, tetapi akan tampak nilainya pada lahir kita.
================================================

Versi Pertama

Mari kita bersama mengetahui rangkaian pelaksanaan salat dari niat hingga salam,
baik sikap atau gerak dalam mendirikan salat.
Quote:
Niat
Diawali dengan berdiri lurus dan menghadap kiblat, dimana posisi muka agak
ditundukkan dan mata melihat tempat sujud. Letakkan kedua tangan dengan posisi
tergantung lurus pada kedua sisi. Lakukan niat di dalam hati untuk mendirikan salat
dengan iklas semata hanya untuk Allah.
Quote:
Bertakbir
Angkatlah kedua tangan hingga sejajar dengan bahu dan dimana jari-jari sejajar
dengan kedua daun telingan serta kedua telapak tangan dihadapkan ke arah kiblat.
Pada saat mengangkat tangan, ucapkan takbir yaitu Allahu Akbar.
Quote:
Setelah Takbir
Turunkan tangan setelah bertakbir dan letakkan telapak tangan kanan di atas
punggung telapak kiri, genggamlah sedikit persendian atau pergelangan tangan kiri,
kemudian letakkan di atas pusar atau dada.
Quote:
Doa Iftitah
Allaahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal
masyriqi wal maghribi, Allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa
yunaqqats tsaubul abyadlu minad danasi, Allaahumagh silnii min
khathaayaya bitstsalji walmaa i wal baradi.
(Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara kesalahanku, sebagaimana telah
engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari
kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah,
cucilah aku dari kesalahanku dengan salju, air, dan air bersih.)
Quote:
Membaca Isti’adzah
A’uudzu billahi minasy syaithaanir rajiim
(Aku berlindung dengan Allah daripada godaan setan yang terkutuk)
Catatan; Hanya dibaca pada rakaat pertama, dan dengan suara rendah (sir)
Quote:
Membaca Basmallah
Bismillaahir rahmaanir rahiim
([b/]Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang[/b])
Quote:
Membaca Al fateha
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maaliki yaumid diin.
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Ihdinash shiraathal mustaqiim.
Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdluubi ‘alaihim wa
laadldlaalliin.
(Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam. Yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya pada_MU aku
menyembah dan hanya pada_MU aku minta tolong. Tunjuki kami jalan yang
lurus. Jalan orang-orang yang ENGKAU beri nikmat pada mereka; bukan
mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat)
Quote:
Bertakmin
Setelah Al fatehah selesai, maka ucapkanlah Aamiin (kabulkan ya Allah)
Catatan; adalah berbeda arti bila diucapkan Amiin, atau Aamin, atau Amin.
Quote:
Membaca surat Al Quran
Semisal surat Al Kafirun; Qul yaa ayyuhal kaafirun. Laa a’budu maa ta’budun.
Wa laa antum ‘aabiduuna maa a’bud. Wa laa anaa ‘aabidun maa ‘abadtum.
Wa laa antum ‘aabiduuna maa a’bud. Lakum diinukum wa liya diin.
(Katakanlah, hai orang-orang kafir. Aku tidak menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu
dan untukku agamaku)
Quote:
Bertakbir intiqal
Mengucapkan takbir, yaitu Allahu Akbar. Dilakukan saat menuju rukuk, sambil
mengangkat kedua tangan, seperti halnya pada saat takbiratul ihram.
Quote:
Rukuk
Kemudian dilanjutkan rukuk, yaitu punggung dan leher diratakan, serta kedua
telapak tangan memegang kedua lutut, dengan posisi mata ditujukan ke arah
tempat sujud, sambil membaca; Subhaanakal laahumma rabbanaa wa
bihamdika Allaahummaghfirlii.
(Maha suci ENGKAU, ya Allah dan dengan memuji ENGKAU ya Allah,
ampunilah dosaku)
Quote:
Iktidal
Selanjutnya; angkatlah kepala dan badan dari rukuk, kemudian luruskan kembali
posisi tubuh sambil mengangkat kedua tangan dan berucap; Sami’al Laahu liman
hamidahu.
(Semoga Allah mendengar orang yang memujinya)
Setelah posisi tubuh dalam keadaan lurus, dalam artian posisi Iktidal, maka bacalah;
Allaahumma rabbanaa lakal hamdu.
(Ya Allah, Tuhan kami bagi ENGKAU segala puji)
Quote:
Sujud
Setelah rukuk, maka sujudlah sambil bertakbirAllahu Akbar. Dan letakkan kedua
lutut dan telapak tangan diatas tanah (lantai), diteruskan hidung dan dahi juga
menyentuh tanah (lantai), sambil mengarahkan ujung jari-jari kaki dan tangan ke
kiblat, serta meregangkan tangan dari kedua kedua sisi badan yaitu dengan
mengangkat siku. Saat posisi sujud, maka bacalah; Subhaanakal laahumma
rabbanaa wa bihamdika Allaahummagh firlii.
(Maha suci ENGKAU, ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji ENGKAU, ya
Allah,ampunilah aku)
Quote:
Duduk antara dua sujud
Selanjutnya; angkatlah kepala sambil bertakbir Allahu Akbar, dan duduklah dengan
tenang dan berdoa; Allahummagh firlii warhamnii wajburnii wahdinii
warzuqnii.
(Ya Allah, ampunilah aku, berilah rahmatkepadaku, cukupkanlah
kebutuhanku, tunjukilah aku dan berilah rezeki kepadaku)
Quote:
Sujud kedua
Kemudian sujud kembali sambil bertakbir Allahu Akbar dan lakukan seperti pada
sujud awal.
Quote:
Berdiri raka’at kedua
Setelah sujud kedua, angkatlah kepala dan badan sambil bertakbir Allahu Akbar.
Lalu bangun dan berdiri lurus kembali.
Quote:
Raka’at kedua
Pada rakaat ini, adalah sama halnya pada rakaat pertama. Hanyasaja; tidak lagi
membaca doa iftitah, tetapi langsung membaca Alfateha dan surat Al Quran.
Demikianlah seterusnya sama seperti langkah-langkah diatas.
Quote:
Tahiyat awal
Tahiyat awal hanya dilakukan apabila jumlah rakaat salat lebih dari dua. Laku untuk
posisi ini adalah setelah sujud kedua, dengan posisi duduknya atau juga disebut
duduk iftirasy, yaitu duduk diatas telapak kaki kiri dan dimana kaki kanan
ditegakkan dengan ujung jarinya menghadap kiblat. Kemudian letakkan kedua
telapak tangan diatas kedua lutut. Selanjutnya hamparkan jari-jari tangan kiri. Dan
untuk jari tangan kanan; sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, genggam jari manis
dan kelingking, serta jari telunjuk menunuk ke arah tempat sujud sambil di gerakgerakkan.
Dalam posisi duduk ini, maka bacalah tasyahhud, yaitu Attahiyyatu lillaahi
washshalawaatu waththayyibaatu, assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa
rahmatullaahi wa barakaatuhu, assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish
shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu wa rasuuluhu, Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali
Muhammadin, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiima wa aali Ibraahiima, wa
baarik ‘alaa Muhammadin wa aali Muhammadin, kamaa baarakta ‘alaa
Ibraahiima wa aali Ibraahiima, innaka hamiidun majiid.
(Segala kehormatan kepunyaan Allah, demikian juga segala kebahagiaan
dan kebaikan. Semoga keselamatan bagimu wahai Nabi, beserta rahmat
Allah dan berkatnya. Semoga keselamatan juga bagi kami sekalian dan bagi
hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu rasul Allah. Ya
Allah, limpahkanlah rahmat_MU kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana telah ENGKAU limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya.
Dan berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah ENGKAU
berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
terpuji dan Maha mulia)
Berbeda bila rakaat salat hanya berjumlah dua, maka langsung dilakukan Tahiyat
akhir. Posisi duduknya atau juga disebut duduk tawarruk, yaitu dengan memajukan
kaki kiri di bawah kaki kanan, dan duduk dengan bertumpu pada pantat diatas tanah
(lantai), serta telapak kaki kanan di tegakkan dengan ujung jari-jari_nya menghadap
kiblat.
Quote:
Raka’at ketiga
Kemudian berdirilah untuk melanjutkan rakaat ketiga, sambil bertakbir Allahu Akbar.
Lakukan langkah-langkah seperti yang telah dilakukan pada rakaat sebelumnya.
Akan tetapi tidak lagi membaca surat Al Quran dan hanya Al fatehah. Demikian pula
untuk raka’at keempat.
Quote:
Tasyahhud akhir
Pada rakaat terakhir, duduklah dengan tenang dengan cara duduk seperti yang telah
diuraikan diatas, yaitu pada bagian akhir kolom tahiyat awal. Kemudian; pada saat
duduk bacalah tasyahhud serta shalawat Nabi. Dilanjutkan dengan bermohon pada
Allah dengan membaca; Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabi
jahannama wa min ‘adzaabil qabri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati
wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal.
(Ya Allah, aku berlindung kepada_MU dari siksa jahanam, dan dari azab
kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah
dajjal {pengembara yang pendusta})
Quote:
Salam
Akhirnya; salat kita tutup dengan mengucapkan salam ke kanan dan kiri, dengan
mengucap; Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.
(Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkat Allah)
================================================
Ada dua katagori salat yang di syariatkan oleh Allah SWT kepada kita sebagai
hambanya, yaitu salat wajib (fardlu) dan salat sunah (tathawwu’).
Salat wajib terdiri dari
Quote:
Subuh berjumlah dua rakaat
Quote:
Zhuhur berjumlah empat rakaat
Quote:
Ashar berjumlah empat rakaat
Quote:
Maghrib berjumlah tiga rakaat
Quote:
Isya berjumlah empat rakaat
H.R Ahmad dan Baihaqiy; Aisyah r.a berkata, “Salat itu diwajibkan dua-dua
rakaat. Kemudian ditambah pada setiap dua rakaat, dua rakaat lagi, kecuali salat
maghrib, karena ia merupakan witir siang, dan Subuh karena panjang bacaannya.
Dan adalah Nabi saw bila ia dalam perjalanan, dia salat seperti salat yang pertama”.
H.R Baihaqiy; Imran berkata, “Salatlah kamu salat Zhuhur empat rakaat dan Ashar
juga empat rakaat, jangan jaharkan (keraskan) bacaan dalam salat itu sedikitpun
juga. Dan Maghrib tiga rakaat, engkau jaharkan (keraskan) bacaan pada dua
rakaat(yang pertama) dan jangan jaharkan (keraskan) pada rakaat (yang terakhir).
Dan Isya empat rakaat, engkau jaharkan (keraskan) bacaan padadua rakaat (yang
pertama), jangan jaharkan (keraskan) pada dua rakaat (yang terakhir) dan Subuh
dua rakaat, engkau jaharkan (keraskan) bacaan pada kedua rakaatnya.
Menurut sunah, salat sunah itu sengaja di syariatkan untuk menambah kekurangan
yang mungkinterjadi pada setiap salat wajib. Dan juga disebabkan adanya kegunaan
tersendiri yang tidak ada pada jenis ibadah lain. Salat sunah pada dasarnya ada dua
katagori, yaitu Muthlaq dan Muqayyad.
Quote:
Muthlaq adalah salat sunah yang tidak terikat dengan waktu dan tidak terpaut
dengan suatu peristiwa atau kejadian.
Salat sunah ini dapat dilakukan pada setiap saat dengan jumlah rakaat yang tidak
dibatasi. Niat salat sunah ini hanyalah semata lillahi ta’ala.
Quote:
Muqayyad adalah salat sunah yang terikat dengan waktu dan terpaut dengan
suatu peristiwa.
Salat sunah ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu salat sunah Rawatib dan Non Rawatib.
Salat sunah Rawatib adalah salat sunah yang di syariatkan untuk
mengikuti(mengiringi) salat wajib. Dan salat sunah Non Rawatib adalah salat
sunah lainnya yang di syariatkan pada waktu dan peristiwa tertentu dan bukan untuk
mengikuti (mengiringi) salat wajib.
Salat sunah Rawatib sendiri terdiri dari Rawatib Muakkad dan Ghairu Muakkad.
Quote:
Salat Rawatib Muakkad adalah salat sunah Rawatib yang diharuskan benar-benar
melaksanakannya.
Dan
Quote:
Salat sunah Rawatib Ghairu Muakkad adalah salat sunah Rawatib yang tidak
diharuskan untuk melaksanakannya
Adapun salat sunah Rawatib yang masuk dalam katagori Muakkad adalah; Dua
rakaat sebelum subuh atau disebut juga sunah fajar. Dua atau empat rakaat
sebelum dan sesudah zhuhur. Dua rakaat sesudah maghrib. Dan Dua rakaat
sesudah isya.
Sedangkan salat sunah Rawatib yang masuk katagori Ghairu Muakkad adalah; Dua
atau empat rakaat sebelum ashar. Dua rakaat sebelum maghrib. Dua rakaat
sebelum isya..
Salat-salat sunah lainnya yang terikat dengan waktu dan peristiwa-peristiwqa
tertentu adalah; Salat Witir, salat Lail (Tahajjud atau Qiyaamullail), salat Istikharah,salat Taubat, salat Kusuf (gerhana) matahari dan bulan, salat Istisqa’ (minta hujan),salat Safar, salat Idul fitri atau adha, salat Wudhu, salat Tahiyat Masjid, dan salat sunah lainnya yang shahih.

================================================
Perihal hati adalah perihal tempat dimana rahmat Allah diterima. Hati disini pada
dasarnya adalah bersifat spiritual, yangmana juga sebagai bagian dari manusia.
Bagian yang dimaksud disinilah yang memiliki presepsi,pengetahuan atau Makrifat.
Mengingat suatu sifat berkaitan dengan bagian yang disifati, maka objek yang
menempati ruang juga memiliki hubungan ruang yang ditempatinya dan alat dengan
manusia yang menggunakannya.. Inilah yang acapkali kita kenal sebagai Arsy Allah
dan hati inilah yang harus dibersihkan.
Kita harus mampu membersihkan hati sebagaimana mestinya. Dalam artian kita
harus mampu menghapus dari kecintaan kita pada dunia dan yang berhubungan
dengan keduniawian.. Semakin kita tenggelam dengan perihal keduniawian, maka
semakin buruklah mental kita, sehingga kemampuan spiritual akan memudar,
kesucian dan kecermelangan hati juga akan kehilangan semangat, serta noda dan
kegelapan semakin bertambah. Sebab itu; kita harus mampu mengekang diri dan
menjauhi segala sesuatu selain Allah. Kebersihan hati disini hanya mungkin
dilakukan bila cinta dan keterikatan pada dunia dapat kita hilangkan.
Kita juga harus menyadari, bahwasanya dunia adalah tempat dimana kita menggali
perihal akhirat. Namun demikian; akanlah menjadi sebuah penghalang, bilasaja kita
cinta dan terikat pada dunia. Dunia memang dapat membuat spiritual kita menanjak
ke yang paling tinggi, akan tetapi juga dapat membuat kita terperosok kedalam
kehinaan. Sebab itu; kita harus mampu menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk
mencapai keluhuran dan kebahagian spiritual, yaitu dengan senantiasa mengingat
segala peringatan Allah.
Surat Al Ahqaaf ayat 20 (XXVI:46:20)
Dan pada hari orang-orang kafir dibawa kepada api neraka, “kamu telah
menghabiskan kebaikan-kebaikan kamu di dalam kehidupan kamu di dunia dan
kamu bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu akan dibalas dengan
azab yang hina dengan sebab kamu berlaku sombong di bumi dengan tidak benar
dank arena kamu berlaku fasik.
Kita harus mampu menjadikan dunia ini sebagai mitra yang membantu kita dalam
meniti jalan yang benar. Untuk itu; kita harus mampu meninggalkan sesuatu yang
akan membuat kita sibuk yang menyebabkan dapat menjauhi diri dari Allah
(kezuhudan). Bila hal ini dapat kita lakukan adalah menunjuk bahwasanya kita
mampu mengosongkan hati dari kecintaan dunia.
Imam Al ghazali berkata, ”Seorang yang menjauhi dunia demi pamer
kedermawanan atau mencari pahala akhirat tidaklah bisa disebut sebagai
seorang zahid.Menurut para wali, bahkan meninggalkan dunia demi akhirat
pun adalah kezuhudan yang lemah. Seorang arif sejati tidaklah terikat oleh
akhirat dan dunia. Dalam pandangannya, segala sesuatu selain Allah tidak
berarti sama sekali. Dalam kehidupannya, yang dituju hanyalah Allah. Inilah
kezuhudan orang-orang arif. Sebab itu; seorang arif tidaklah memandang
dunia sebagai sahabat atau musuh. Orang akan mencapai kesempurnaan
hanya manakala hatinya terbebas dari segala sesuatu selain Allah
Apapun yang kita miliki saat ini adalah rezeki dalam kehidupan dunia ini. Akan
tetapi; sebab akibat keingintahuan dan ketidaktahuan, pada umumnya kita acapkali
terpikat oleh bentuk dan corak kehidupan yang warna warni. Dikarenakan
kalalaianlah, kita tidak mampu mengapresiasikan bahwa apa yang ada disisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal. Semestinya kita menangis disebabkan kita salah
memahaminya. Sebab itulah acapkali kita mendengar, “apa saja yang lebih kita
cintai adalah menunjuk tuhan kita”, dan “kita budak dari apa yang kita
inginkan”. Melihat ini; bilasaja kecintaan pada dunia tidak dihapuskan dari hati,
maka membersihkan hati mustahil dilakukan.
Karenanya; semakin kita tenggelam dengan urusan-urusan dunia, senantiasa
memikirkan hal-hal dunia dan terus menerus menyibukkan diri dengan urusan
jasmani kita, akan menjauhkan kita dari Allah. Pada umumnya; kita tidak menyadari
realitas diri sendiri, memandang tubuh fisik sebagai esensi atau hakikat dirinya dan
lupa pada simplisitas dan sifat abstrak dari hati spiritual. Inilah yang acapkali kita
jumpai pada pembelajran-pembelaran agama, khususnya perihal ketuhanan.
Adalah sebenarnya; merenungkan ayat-ayat Al Quran, yang mengungkapkan hakikat
dunia, sangatlah berguna untuk membersihkan hati. Sangat..sangat banyak ayat Al
Quran yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk merenung dan membersihkan hati
dari kecintaan pada dunia dan segala hal keduniawian. Sangat disayangkan; bilasaja
kita segala hal yang berhubungan dengan dunia, yang sifatnya sedikit dan singkat.
Menghalangi kita untuk mencapai kebaikan, serta juga bila hal keduniawian tidak
memiliki nilai hakiki sehingga akan menutup pintu hakikat yang abadi.
Sebab itu; adalah sangat tidak wajar bilasaja kita sudah mengetahui bahwa dunia ini
bersifat sementara dan akhirat bersifat abadi, kita masih bermain dengan hal-hal
yang berhubungan dengan keduniawian, terlepas apakah materi, jasmani atau
lainnya yang setara. Bahkan pada umumnya yang acapkali kita jumpai, masih
tenggelam dan asyik dengan pemandangan keduniawian, tanpa disadari kita
melupakan Zat Maha mutlak.
Surat Yuunus ayat 10 (XI:10:24)
Hanya sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia seperti air yang KAMI turunkan
dari langit, lalu bercampur tumbuh-tumbuhan bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi menumbuhkan kesemarakan itu,
dan menghiasi, lalu pemiliknya mengira bahwa mereka menguasainya, datanglah
kepadanya ketentuan KAMI diwaktu malam atau siang, maka KAMI menjadikannya
sudah tersabit seakan-akan tidak ada kemarin. Demikianlah KAMI jelaskan tandatanda
KAMI bagi kaum yang berfikir.
Al Quran tidak mengajarkan kita untuk kalah atas hawa nafsu dan diam berpangku
tangan. Akan tetpai; mengajarkan kita untuk tidak mengerjakan segala sesuatu
yang sia-sia, dan melarang berlebihan dalam beribadah. Nabi Muhammad saw
senantiasa menganjurkan jalan tengah, seperti sabdanya, “Sesungguhnya,
perintah-perintah agama itu mudah. Barang siapa bersikap secara berlebihlebihan
dalam agama, maka ia telah dikalahkan oleh sikapnya itu.
Berpegang teguhlah pada jalan yang benar, pilihlah jalan tengah,
berbahagialah dengan kabar gembira yang kubawa dan mohonlah
pertolongan dengan salat di pagi hari, di sore hari, dan di tengah malam.”
Kiranya; kita harus ingat perbedaan semua ini dalam hubungannya dengan
kebersihan hati. Bila saja tidak, kita akan menjadi mangsa empuk hawa nafsu.
Adapun tujuan memerangi hawa nafsu adalah menyelaraskan diri dengan kehendak
Allah SWT. Jika ini mampu kita lakukan, secara otomatis keinginan pun tunduk pada
syariat, maka demikian ini adalah sempurna.
Walhasil; kita harus mampu mengosongkan hati dari segalanya, terlepas
apakah jasmani, keduniawian dan lainnya yang setara, selain semata hanya
Allah yang ada. Sesudah membersihkan hati, kita akan menyadari bahwasanya
Allah tidak ada dimana-mana, melainkan ada di dalam hati dan senantiasa hadir
setiap saat. Inilah hal yang pernah dan acapkali Saya paparkan, tidaklah mungkin
kita akan mengenal Allah, sepanjang kita masih bermain di arena keduniawian.
================================================
Ass..Wr..Wb
Adalah pada faktanya; bilasaja kita senantiasa dan terus menerus mengingat Allah,
dapat melahirkan cinta kepada_NYA dan mengosongkan hati dari kecintaan dan
keterikatan dunia. Sebab itu; dzikir adalah cara yang sangat efektif untuk
membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi. Segala bentuk ibadah lainnya
adalah menekankan pentingnya mengingat Allah.
Semisal kita berpuasa; maka dengan puasa hati dibersihkan dari kotoran,
hinggamana kita akan kembali dan mengingat Allah. Ibadah Haji adalah ibadah
untuk bertemu dengan Allah, yangmana dalam ibadah ini kita harus melupakan
keterikatan dengan dunia dan hanya mengingat Allah semata. Begitu juga halnya
dengan segala perintah dan larangan_NYA, adalah juga untuk mengingat Allah.
Karenanya; dengan dzikirlah hati ini akan kosong dan terputus dari cinta terhadap
segalanya kecuali hanya Allah semata.
Surat Al Muzzammil ayat 8 (XXIX:73:8)
Dan sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada_NYA dengan sungguhsungguh.
Kita harus mampu melepaskan keterikatan dari segala sesuatu selain Allah,
yangmana dengan cara mengosongkan hati dari kecintaaqn pada dunia dan
menghilangkan segala bentuk pikiran. Sebab itu; dengan meniadakan segala hal, di
dalam/luar jasmani kita dalam artian kinerja jasmani dan dunia, maka hati akan
menjadi kosong dari kesedihan dan kedukaan dunia serta yang ada hanya Allah saja.
Dengan cahaya_NYA akan merubah hati kita menjadi lampu yang bersinar terang.
Karenanya; dengan kita mengingat Allah, akanlah menjadi objek pencerahan Ilahi.
Surat Al Ahzaab ayat 41 & 42 (XXII:33:41;42)
Hai orang-orang beriman,ingatlah Allah dengan ingatan yang banyak dan
bertasbihlah kepadanya pagi dan petang.
Surat Al Baqarah ayat 152 (II:2:152)
Sebab itu ingatlah AKU niscaya AKU ingat kepada kamu dan bersyukurlah
kepada_KU dan janganlah kamu mengingkari_KU.
Adalah sebenarnya salat merupakan ibadah untuk mengingat Allah. Begitu juga
halnya dengan membaca Al Quran, adalah termasuk ibadah untuk mengingat Allah.
Selain ini; kita juga harus mampu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangan_NYA. Bilasaja hal ini dapat kita lakukan, adalah menunjuk kita
senantiasa mengingat Allah. Karenanya; kita harus mampu menjauhi segala hal
yang bertentangan dengan syareat. Sebab alasan; sepanjang kita masih melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan syareat, adalah menunjuk kita telah melampaui
batas dan dapat disebut sebagai pemberontak, walau siang-malam kita senantiaaa
berdzikir.
Surat Thaahaa ayat 14 (XVI:20:14)
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka
sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.
Surat Az Zukhruf ayat 36 (XXV:43:36)
Dan barang siapa yang berpaling dari mengingat yang Maha pengasih, niscaya KAMI
sertakan setan atasnya, maka ia adalah teman baginya.
Jelas sudah; bilasaja kita berpaling dari mengingat Allah akan menyebabkan
diri dikuasai oleh setan, bahkan akan memiliki kekuatan-kekuatan yang
bukan Tuhan, [b]serta setiap saat setan membisikkan berbagai kejahatan ke dalam
hati. Bilasaja ini tidak kita sadari segera, maka jiwa kita akan tersesat sedemikian
rupa, bahkan akan menjadikan kita tidak tahu lagi bahwa Allah itu ada. Sebab itu;
bila kita tidak mampu senantiasa mengingat Allah, akan menyebabkan hati dikuasai
dengan kekuatan-kekuatan jahat.
Dari Abu Darda, Nabi saw bersabda
Maukah aku beritahu kepadamu amalan-amalan yang dipandang oleh
Tuhanmu sebagai lebih baik dan lebih utama, yang menjadi sarana
manaikkan derajatmu dan yang lebih baik ketimbang memberi sedekah
berupa emas dan perak dan bahkan lebih baik ketimbang memerangi
musuhmu, entah dalam keadaan membunuh mereka atau terbunuh oleh
mereka? Mereka menjawab, “Ya”. Jawab Nabi, ”Mengingat Allah”
Untuk itu; dengan senantiasa kita mengingat Allah terus menerus, Allah senantiasa
hadir bersama kita, dan tentunya menjadikan kecintaan kita pada Allah. Hal
mengingat Allah harus kita jadikan sebagai suatu bentuk kemestian yang mesti
dimiliki oleh hati. Sebab alasan; bilasaja kita sudah dapat mengingat Allah secara
terus menerus, maka cinta kita yang lahir pada_NYA akan menembus ke dalam
relung hati dan kalbu, selanjutnya jiwa kita akan damai dan tenang, aamiin.
================================================
Ass..Wr..Wb
Kini kita mencoba bersama memahami perihal yang acapkali kita sebut
pencerahan, yangmana dimaksudkan adalah pencerahan ruh. Dalam artian
adalah menjadikan ruh kita dipancarai oleh cahaya akan kesaksian Allah
dan cinta_NYA.
Kita semua tahu bahwasanya perihal ruh adalah urusan Allah, seperti tertulis di
dalam Alquran surat Al Isra ayat 85 (XV:17:85), Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh, katakanlah “ruh itu adalah urusan Tuhanku dan
kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit. Untuk itu; mari kita mencoba
memasuki istilah kata ruh, yaitu amr. Ruh adalah sebuah entitas (wujud) yang
diciptakan, sebab alasan adalah kata amr yang berartikan aksi atau perintah,
karenanya ruh adalah sebuah tindakan Tuhan, dalam artian diciptakan. Dari itu; ruh
bermaknakan keabadian, tidak termasuk alam ciptaan dan kemusnahan.
Surat Al A’raaf ayat 54 (VIII:7:54)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu DIA sengaja menciptakan ‘arasy. DIA tutup malam dengan
siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang-bintang, tunduk
kepada perintah_NYA. Ketahuilah, mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha berkat Allah, Tuhan semesta alam.
Melihat ayat diatas; menunjuk bahwasanya alam ini diciptakan oleh Allah secara
langsung melalui perintah_NYA “kun (jadilah)”. Akan tetapi; alam ciptaan diciptakan
dari sesuatu yang sudah ada serta ada dalam lingkup ruang dan waktu. Kembali kita
pada surat Al Isra diatas, terdapat kata “katakanlah, ruh adalah urusan Tuhanku”,
menjadikan makna bahwa ruh termasuk dalam alam perintah, yang diciptakan
dengan perintah Allah dan bersifat bebas ruang dan waktu. Ruh adalah suatu
substansi abstrak yang merupakan sifat khas Allah dan tidak ada suatu selain_NYA
yang bisa memiliki sifat ini., dalam artian adalah sebagai suatu entitas (wujud) yang
bukan merupakan lokus (bagian pada kromosom yang diduduki oleh suatu gen)
substansi apapun, juga bukan sesuatu yang melekat pada substansi apapun, serta
juga bukan pula terdiri atas berbagai substansi.
Mari kita mencoba memahami perkataan Al Ghazali dalam kitabnya yang terkenal,
yaitu “Ihya Ulum ad Din (menghidupkan ilmu-ilmu agama).
Petama; kata “ruh” bermakna sebagai tubuh halus yang bersumber dari
kekosongan hati jasmani, yang darinya ruh menembus ke seluruh tubuh
melalui pembuluh nadi. Penyebarannya ke seluruh tubuh, kemampuannya
menghidupkan panca indera, persis laksana meletakkan lampu di dalam
sebuah rumah yang memancarkan cahaya ke segenap penjuru rumah.
Karenanya; ruh itu bagaikan lampu dan kehidupan itu bagaikan cahaya.
Kerja ruh dan penyebarannya ke seluruh tubuh bagaikan kerja lampu di
dalam rumah. Inilah yang dimaksudkan dengan kata ruh oleh para dokter
ruh, dan ruh menangani tubuh. Akan tetapi; para dokter ruh, yang ingin
membimbing ruh menuju wilayah suci, tidak menerima makna ini. Yang
mereka maksud dengan ruh adalah sebuah organ pengetahuan (lathifah almudrikah).
Inilah yang dimaksudkan oleh ayat Alquran, “katakanlah, ruh
adalah urusan tuhanku”. Kami membicarakan makna ini ketika kami
menguraikan makna kedua dari kata qalb, yaitu sebuah entitas (wujud)
Ilahi luar biasa yang tidak mungkin sanggup dipahami oleh akal.
Kedua, hati adalah wadah anugerah Allah dan substansi spiritual atau
esensi manusia. Hanya hati yang memiliki pemahaman, pengetahuan, dan
makrifat. Hatilah yang diperingatkan, dicela, dan dihukum. Hati mempunyai
hubungan yang serupa dengan segumpal daging, yaitu berbentuk lancip
seperti hubungan sebuah aksiden dengan tubuh,
Seperti hubungan sebuah sifat dengan substansi yang disifati, hubungan
sebuah objek dengan ruang yang ditempati, atau hubungan sebuah
instrument dengan manusia yang menggunakannya. Ada dua alasan
mengapa kami tidak bermaksud mengkaji sifat esensialnya; pertama, ini
adalah masalah yang berkaitan dengan pengetahuan inspirasional (ilm al
mukasyafah) dan juga rahasia tersembunyi. Sementara itu,dalam buku ini,
kami hanya membahas pengetahuan tentang berbagai praktis. Kelak,
pengetahuan ini akan mengungkapkan rahasia ruh, yang tentangnya nabi
Muhammad sendiri tetap diam. Lebih baik tutup mulut dan tetap diam.
Jelas sudah; bahwasanya bagi Al Ghazali, kata “ruh” dan “hati” memiliki makna yang
sama, dan bahwa mustahil memahami keduanya melalui upaya intelektual. Sebab
itu;
mustahil mencapai makrifat tentang esensi ruh melalui akal, sebab akal
tidak sanggup memahami cahaya-cahaya abstrak. Sebab alasan; cahayacahaya
bisa dipahami melalui penyingkapan spiritual atau melalui rahmat
Allah.. Dan ini hanya mungkin dilakukan manakala seseorang menutup pintu,
yang bukan hanya pada indera-indera internal, akan tetapi juga pada segala
dorongan indera-indera internal, serta membebaskan hati dari segenap
belenggu badani dengan tekad kuat untuk berusaha memahami segala hal
spiritual yang abstrak. Hanya dengan cara ini pulalah kita akan bermakrifat
“cahaya murni dan kesucian menyeluruh”.
Karenanya;esensi ruh tidaklah diungkapkan oleh akal, yang terbelenggu hubunganhubungan
dunia serta terjebak dalam pikiran tentang “milikku” dan “milikmu”.
Berikut doa seorang arif, Tolonglah aku, ya Allah, agar aku bisa menundukkan
hawa nafsuku, Dan mabukkan akalku dengan anggur cintamu. Agar aku
kehilangan diriku guna beroleh kesadaran_MU, agar jiwa ini fana dan hidup
dalam diri_MU.
=================================================

Untuk memahami perihal pencerahan ruh, ada baiknya kita untuk
melakukan perenungan terhadap,
Surat Al Baqarah ayat 186 (II:2:186).
Dan apabila hamba-hamba_KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka
sesungguhnya AKU dekat. AKU memperkenankan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada_KU; sebab itu hendaklah mereka memohon perkenan
kepada_KU dan beriman kepada_KU supaya memperoleh petunjuk.
Surat Al A’raaf ayat 55 (VIII:7:55)
Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendahkan diri dan dengan suara
pelan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.
Adalah sebenarnya kita harus mampu menundukkan terlebih dahulu segala nafsu
yang ada yaitu dengan berdasarkan berbagai larangan dalam syariah. Pada saat
bersamaan inilah, yaitu pada saat mensucikan hati, sekaligus kita mencerahi ruh.
Untuk itu; kita harus mampu melindungi, membantu dan bersahabat dengan jiwa,
sebab dengan jiwa inilah kita dapat mensucikan jiwa. Itulah sebabnya; Nabi saw
mengajarkan kita untuk senantiasa berdoa, “Ya Allah, sucikanlah jiwaku
dan jadikanlah baik. ENGKAU_lah yang terbaik bisa mensucikannya.
ENGKAU_lah pelindung dan sahabatnya.
Dalam pencerahan ruh, segala hubungan yang ada dengan ruh yang telah masuk
kedalam tubuh dengan melalui indera presepsi dan pengetahuan, haruslah kita
putuskan secara perlahan-lahan dan pasti. Sebab alasan; segala hubungan dan
keterikatan dunia adalah merupakan hijab atau penghalang, yangmana akan
menjauhkan ruh kita dari Allah. Dengan memutuskannya segala rantai
keduniawian yang membelenggu, maka ruh yang murni terbebas dari diri,
sebagaimana nyala api dan asap. Selanjutnya; akan menempuh perjalanan menuju
Allah. Sebab itu; dengan meninggalkan segala sesuatu kecuali hanya Allah serta
dengan menunjukkan keterikatan hanya kepada Allah semata, maka ruh hanya akan
terfokus pada Allah dengan penuh kerendah-hatian dan kerinduan.
Ketika kita sudah dipenuhi dengan pencerahan spiritual berupa cahaya
Ilahi, ruh pun terbebas dari segenap belenggu hubungan tubuh dan
berbagai sifat tubuh, yangmana kemudian akan kembali lagi ke sifat utamanya
yang murni dan bersih. Saat inilah; ruh mulai bisa mendengarkan apa yang
dikatakan Allah, yaitu
surat Al A’raaf ayat 172 (IX:7:172)
Dan ketika Tuhanmu menjadikan keturunan Bani Adam dari tulang punggung
mereka dan Allah mengambil kesaksian atas diri mereka, ”Bukankah AKU ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, ”Betul, kami menjadi saksi”, Yang demikian
supaya kamu tidak mengatakan di hari kiamat, “sesungguhnya kami orang-orang
yang lalai tentang ini”.
Pada saat kita berhasil mampu menjadikan ruh meretas berbagai kelemahan
manusiawi dan keluar dari diri, ruh pun terbebas dari belenggu angan-angan dan
keinginan kosong. Selanjutnyta, ruh ini akan menyaksikan apa yang terjadi di alam
malakut dan akan melihat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah, baik dalam
cermin dunia lahiriah maupun batiniah. Saat tahap inilah, cinta menjadi murni dan
suci, serta berangsur-angsur tumbuh hubungan antara cinta dan ruh. Dalam artian;
cinta meliputi ruh dan ruh hanya menemukan cinta dalam dirinya.
Bilasaja kita mampu melahirkan cinta dalam tubuh, dalam artian menggantikan ruh
dan menjalankan fungsinya, dan menjadikan ruh melayang-layang di sisi Wajah
KEKASIH_nya yang bersinar, maka saat inilah, anugerah Ilahi yang berlimpahan
akan datang menyambut ruh dan memenuhi wujudnya, dan membentuk hubungan
dengan KEKASIH yang penuh rasa cinta.
Kemudian saat rasa cinta merasuki dan membuat ruh merasakannya, maka wujud
ruh itu sendiri mengalami kefaanaan.
Surat Al Muzammil ayat 5 (XXIX:73:5)
Sesungguhnya KAMI akan menurunkan kepadamu perkataan Al Quran yang berat
(dasyat).
Selanjutnya ruh ditahan di tempat antara surga sifat-sifat Ilahi dan neraka eksistensi duniawi, dan dengan didasari cinta kesaksian langsung KEKASIH, maka sifat-sifat eksistensi inipun mengalami kefanaan. Ruh pun memperoleh anugerah Ilahi, baik dari dalam maupun dari luar. Namun demikian; saat ini ruh kita harus mampu untuk tetap tidak bergeser, dalam artian tidak merasa puas dengan berbagai nikmat anugerah yang diberikannya; agar ruh mampu melihat pengungkapanpengungkapan
tentang Tuhannya yang lebih luas (besar) lagi. Sebab alasan; bila ruh
bergeser, menunjukkan lupa pada Sang pemberi dan berarti kembali lagi mundur
dari seharusnya, yangmana menjadikan keadaan ruh menjadi hancur.
Karenanya; pada posisi tidak boleh bergeser inilah adalah yang merupakan tahapan
sangat berbahaya, dimana akan menjadikan ruh hancur selama-lamanya. Dalam
artian; Saat dianugerahi berbagai macam karomah ataupun menganggap
mukjizat, merasa bangga dengan kemampuannya, yangmana menunjuk
penyimpangan dari jalan cinta Allah, sehingga menyebabkan pandangannya
menjadi pada sanjungan dan pujian-pujian. Akibatnya; bilamana ini terjadi, kita
tidak bisa menyaksikan kehadiran Allah secara langsung dan akan terjatuh kedalam
relung kehinaan.
Surat Al Ambiyaa’ ayat 101 (XVII:21:101)
Sesungguhnya mereka yang sudah terdahulu kebaikan bagi mereka dari KAMI,
mereka dijauhkan daripadanya.
Sebaliknya; bilasaja kita tetap mampu tidak bergeser, dalam artian pandangannya
tetap pada pemberi berkah dan bukan pada berkahnya (karomah atau menganggap
mukjizat) itu sendiri, serta menyadari atas berkah yang diberikan oleh_NYA, maka
kita akan menyaksikan kehadiran Allah serta menerima anugerah dan karunia yang
lebih banyak lagi dari_NYA.
Surat Ibraahiim ayat 7 (XIII:14:7)
Dan tatkala Tuhanmu memberitahukan, “sungguh jika kamu bersyukur, niscaya
KAMI menambah kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya, sungguh azab_KU
sangat keras”.
================================================
Ass..Wr..Wb
Kini kita telah memahami, bahwasanya hati adalah tempat untuk menerima
rahmat Allah. Suatu sifat akan berkaitan dengan yang disifati, dan objek
yang menempati ruang juga memiliki hubungan tempat dan alat terhadap
yang menggunakannya, sebagai Arsy Allah. Sebab itu; Kita harus mampu
membersihkan hati sebagaimana mestinya.
Surat Al A’raaf ayat 54 (VIII:7:54)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu DIA sengaja menciptakan ‘arasy. DIA tutup malam
dengan siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintangbintang,
tunduk kepada perintah_NYA. Ketahuilah, mencipta dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha berkat Allah, Tuhan semesta alam.
kita harus mampu menghapus dari kecintaan kita pada dunia dan yang berhubungan
dengan keduniawian. kita harus mampu mengekang diri dan menjauhi segala
sesuatu selain Allah. Kebersihan hati disini hanya mungkin dilakukan bila cinta dan
keterikatan pada dunia dapat kita hilangkan.
Namun demikian; Kita juga harus menyadari, bahwasanya dunia adalah tempat
dimana kita menggali perihal akhirat. Kita harus mampu menjadikan dunia ini
sebagai mitra yang membantu kita dalam meniti jalan yang benar. Karenanya; kita
harus mampu menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk mencapai keluhuran dan
kebahagian spiritual, yaitu dengan senantiasa mengingat segala peringatan Allah.
Al Quran tidak mengajarkan kita untuk kalah atas hawa nafsu dan diam berpangku
tangan. Al Quran banyak mengungkap hakikat dunia, dan adalah semestinya kita
renungkan, guna untuk membersihkan hati. Sebab itu; Al Quran dapat dijadikan
sebagai tempat untuk merenung dan membersihkan hati dari kecintaan pada dunia
dan segala hal keduniawian.
Pada umumnya; kita telah memahami bahwa dunia ini bersifat sementara dan
akhirat bersifat abadi. Namun, bilasaja kita masih bermain dengan hal-hal yang
berhubungan dengan keduniawian, terlepas apakah materi, jasmani atau lainnya
yang setara, maka tanpa disadari kita akan melupakan Zat Maha mutlak.
Karenanya; kita harus mampu mengosongkan hati dari segalanya, terlepas
apakah jasmani, keduniawian dan lainnya yang setara, selain semata hanya
Allah yang ada.
Dengan senantiasa mengingat Allah, dapat melahirkan cinta kita kepada_NYA dan
hati menjadi kosong dari kecintaan dan keterikatan dunia. Saat inilah, Cahaya Allah
akan merubah hati kita menjadi lampu yang bersinar terang. Karenanya; dengan
kita mengingat Allah, akanlah menjadi objek pencerahan Ilahi. Kita juga harus
mampu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan_NYA. Bilasaja
ini tidak kita sadari segera, akan menjadikan jiwa kita tersesat sedemikian rupa, dan
semakin lama akan menjadikan kita tidak tahu lagi bahwa Allah itu ada.
Sebaliknya; bila kita sudah mampu senantiasa mengingat Allah, maka cinta kita
pada_NYA akan menembus relung hati dan kalbu, yangmana selanjutnya jiwa kita
akan damai dan tenang. Maka saat inilah terjadi pencerahan ruh, dimana ruh kita
akan dipancarai oleh cahaya akan kesaksian Allah dan cinta_NYA. Karenanya; pada
saat mensucikan hati, adalah semestinya sekaligus kita mencerahi ruh. Kita harus
mampu melindungi, membantu dan bersahabat dengan jiwa, karena dengan jiwa
inilah kita dapat mensucikan jiwa.
Ketika kita sudah dipenuhi dengan pencerahan spiritual berupa cahaya Ilahi, ruh pun
terbebas dari segenap belenggu hubungan tubuh dan berbagai sifat tubuh,
yangmana kemudian akan kembali lagi ke sifat utamanya yang murni dan bersih.
Saat inilah ruh akan meretas berbagai kelemahan manusiawi dan keluar dari diri,
dan ruh pun terbebas dari belenggu angan-angan dan keinginan kosong.
Selanjutnya; hubungan cinta dan ruh akan berangsur-angsur lahir. Kemudian ruh
akan melayang-layang di sisi sang KEKASIH. Dan anugerah Ilahi yang berlimpahan
akan datang menyambut ruh dan memenuhi wujudnya, dan membentuk hubungan
dengan KEKASIH yang penuh rasa cinta. Dengan rasa cinta yang merasuk akan
membuat ruh merasakannya, selanjutnya wujud ruh itu sendiri mengalami
kefaanaan.
Pada saat inilah kita harus mampu untuk tetap memandang DIA, agar ruh mampu
melihat pengungkapan-pengungkapan tentang Tuhannya yang lebih luas (besar)
lagi. Kita harus mampu menyadarai secara iklas, ]saat dianugerahi berbagai
macam karomah ataupun menganggap mukjizat, tidak merasa bangga dengan
kemampuannya. Bilasaja kita merasa banggga akan menyebabkan pandangannya
menjadi bergeser. Akibatnya; kita tidak akan mampi menyaksikan kehadiran Allah
secara langsung. Inilah yang acapkali terjadi pada para pencinta Allah atau yang
sedang menjalani pembelajaran makrifatullah.
Karenanya; adalah mustahil mencapai makrifat tentang esensi ruh melalui akal,
sebab akal tidak sanggup memahami cahaya-cahaya abstrak. Cahaya-cahaya
dimaksud hanya bisa dipahami melalui penyingkapan spiritual atau melalui rahmat
Allah. Dan ini hanya mungkin dilakukan manakala seseorang menutup pintu, yang
bukan hanya pada indera-indera internal, akan tetapi juga pada segala dorongan
indera-indera internal, serta membebaskan hati dari segenap belenggu badani
dengan tekad kuat untuk berusaha memahami segala hal spiritual yang abstrak.
Walhasil; bahwasanya “ruh” dan “hati” adalah dua kata yang bermakna sama, dan
mustahil memahami keduanya melalui upaya intelektual, atau sepanjang kita masih
bermain dengan hal-hal keduniawian dan badaniah.
================================================
Kh. Anwar Sanusi : Ingin Khusyuk ? Hindari Yang Haram
Apa yang dimaksud dengan shalat khusyuk?
Khusyuk artinya tertuju, tidak terpecah-pecah. Kalau khusyuk dalam shalat artinya
tujuan hidup kita setelah shalat itu hanyalah untuk Allah. Itu sebabnya waktu shalat
apa yang kita praktekkan nanti dibaca dalam shalat. Dan Allah menyaksikan. Shalat
itu kan apel rutin kita kepada Allah. Konsekuensi kita kepada Islam adalah taslim
(penyerahan), ya pada waktu shalat itu. Makanya kalau setelah shalat tidak
mengamalkan apa yang kita baca berarti shalat apa itu?
Khusyuk dan tidaknya shalat, berada pada wilayah sufi. Bahwa shalat itu ada para
wilayah fikih, iya, tapi dia juga masuk dalam wilayah tasawuf. Kalau yang fikihnya
saja benar, tapi yang sebelahnya tidak benar, maka shalatnya benar tapi tidak
khusyuk. Kalau tasawufnya benar, tapi secara fikih tidak benar, maka shalatnya
khusyuk tapi tidak benar. Jadi kedua-duanya harus benar, kedua-duanya harus
terpenuhi.
Mengapa khusyuk menjadi sangat penting dalam pelaksanaan rukun Islam kedua
ini?
Aplikasi seseorang bisa dilihat dari shalat. Nabi Muhammad SAW berkata, banyak
orang shalat sebenarnya dia tidak shalat. Arti hadisnya, "Akan datang satu zaman
pada umatku seorang muadzdzin yang mengumandangkan adzan dari dalam masjid
mereka datang ke masjid buat shalat berjamaah, takbirnya, iftitah-nya, Fatihah-nya,
rukunya, sujudnya, dan shalatnya sama, tapi di hadapan Allah umatku yang shalat
ke masjid itu tidak satu pun sebagai hamba yang disebut pantas beriman kepadaku."
Kenapa demikian? Memang selama ini kita melihat orang yang shalat itu adalah
orang yang beriman. Jawabannya ada pada Alquran Surat Al Mukminun dari ayat 1
dan 2: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang
khusyuk dalam sembahyangnya." Aplikasinya, selesai shalat diamalkan apa yang
dibaca dalam shalat.
berapa banyak umat Islam yang shalat, waktu shalat takbirnya keras tapi selesai
shalat takaburnya juga keras? Berapa banyak umat Islam yang shalat berjamaah di
masjid shaf-nya rata tapi sesudah keluar masjid kemudian bercerai berai bahkan
saling fitnah? Artinya, dia belum shalat kalau begitu.
Kedua, orang-orang yang tidak senang berkata sia-sia. Berapa banyak para pejabat
sekarang yang shalatnya rajin tapi maksiat jalan terus. Ketiga, orang yang selalu
menjaga tubuhnya agar selalu bersih dengan menunaikan zakat. Tapi, berapa
banyak umat Islam sekarang waktu shalat dia sebagai Muslim tapi ketika menjadi
pegawai, dia menjadi Yahudi?
Keempat, orang-orang yang pandai menjaga kehormatannya. Dalam ajaran Islam
orang shalat tapi berzina, dia tidak punya iman. Jadi, tidak mungkin orang beriman,
lalu shalat, kemudian melakukan zina. Nah, sekarang orang rata-rata shalat maupun
shalat di Kabah mau membersihkan diri kemudian di Indonesia membuat dosa lagi.
Buat membersihkan diri dia pergi umrah. Di Masjidil Haram, di depan Kabah
menangis tersedu-sedu, begitu keluar Kabah balik ke kondisi semula.
Itu sebabnya, shalluu kamaa ra aytumuuni ushalli (shalatlah seperti kalian melihat
aku melakukan shalat). Selama ini kita memperhatikan "jurus" fikihnya saja, `shalat
seperti aku shalat`. Padahal shalatnya nabi itu shalat yang bersih dari kedengkian,
shalat untuk mengaplikasikan, shalat untuk menciptakan ukuwah, shalat untuk
takarrub ilallah. Masalah-masalah ini yang tidak pernah dibahas.
Sisi fikihnya yang lebih diperhatikan ya?
Ya. Karena apa? Karena memang unsur pelajaran fikih sangat dominan pada saat
belajar di waktu muda dulu. Jadi, agama itu kita anggap fikih. Padahal fikih itu ilmu
sosial. Dalam hadis di atas, artinya segala aspek yang dilakukan itu mendatangkan
kekhusyukan. Kita lihat para sahabat yang shalat di belakang Rasulullah. Andaikata
mereka tertebas oleh pedang mereka tidak akan terasa karena sedang shalat. Ali bin
Abi Thalib pernah terpanah tangannya oleh orang kafir. Ali meraung-raung karena
panah orang kafir itu memang sakit. Kata Umar bin Khaththab supaya tidak sakit
panahnya kita cabut waktu Ali sedang shalat.
Bagaimana caranya agar shalat kita menjadi khusyuk?
Di atas segalanya, untuk mendapatkan shalat yang khusyuk, pertama darah dan
daging kita tidak boleh terkontaminasi barang haram. Kalau sudah bicara masalah
makanan haram, daging yang kita makan haram, minuman yang kita minum haram,
lalu shalat menghadap kepada Allah, bagaimana bisa sesuatu yang haram
menghadap kepada zat yang Mahasuci? Itu yang menyebabkan shalat kita selama ini
tidak pernah khusyuk. Kenapa para ulama yang rezekinya sederhana shalatnya
khusyuk? Kenapa para pejabat yang banyak hartanya tidak khusyuk dalam shalat?
Mari kita muhasabah
=================================================
Latihan Shalat Khusyu ala Ustadz Abu Sangkan
Menurut Abu Sangkan, agama mengajarkan barang siapa mengenal dirinya, akan
mengenal Tuhannya. Orang harus tahu dulu siapa dia, yang bisa mengendalikan
badan, otak, dan juga hatinya. Dalam shalat inilah orang harus dengan sadar
mencari "aku" atau jati dirinya. ''Jika sudah menyadari dirinya adalah roh yang bisa
mengendalikan badan, otak, dan hati, silatun (perasaan nyambung) dengan Allah
akan semakin mudah,'' tandas dia.
Lalu bagaimana cara mengenali diri sendiri? Dalam praktik para peserta dipandu
secara bertahap. Latihan yang pertama adalah mencari diri dengan merasakan kaki
masing-masing. Kemudian rasa itu dibawa menelusur ke badan bagian atas, ke
kemaluan berhenti. Kemudian naik lagi ke dada, lalu ke rahang. Rasakan diri kita
keluar dari mulut, sehingga yang dirasakan adalah perasaan luas tak terbatas. Pada
tahapan ini, kita bisa "melihat" atau "merasakan" badan, hati, dan pikiran
merupakan "alat" yang bisa kita kendalikan.
Ketika dilanjutkan dalam latihan shalat satu rakaat, reaksi dan rasa yang diterima
oleh masing-masing berbeda. Untuk mempersiapkan shalat, peserta diminta
merelakskan badan. ''Seperti yang dilakukan anak kecil yang ketika berdiri tidak
usah pakai jaim (jaga image) segala,'' tandas Abu. Anak kecil pun ketika berjalan
sangat relaks, sehingga ketika jatuh dia nglumpruk. Ini tentu berbeda dari orang
dewasa sangat cepat bereaksi sehingga ketika jatuh cenderung ada tulang yang
sakit.
Posisi kedua tangan peserta diminta menggantung dengan santai di samping badan,
bahu turun, lalu mulai merasakan "aku" di atas badan, pikiran, dan hatinya. Ketika
perasaan luas itu sudah tergapai, Abu Sangkan menyuarakan takbiratul ihram
"Allahu akbar.....".
Reaksi Hebat
Reaksi mendengar nama Allah itu sungguh hebat. Ada peserta yang langsung
menangis, ada juga yang jatuh tersungkur, dan bersujud. Saya sendiri merasakan
ada hawa dingin dan damai yang meresap ke dalam hati.
Perasaan menjadi semakin luas dan tenteram. Tanpa terasa, hati diliputi keharuan
dan air mata pun mulai meleleh. Makin lama tangis pun makin menjadi. Saya
memang tidak bisa ikut rukuk atau sujud, tetapi hanya berdiri sambil sesenggukan.
Bedanya dengan cara shalat yang selama ini dilakukan ternyata adalah bahwa rasa
haru itu timbul dengan sendirinya. Biasanya pikiran masih me-recall hal-hal yang
membuat suasana takjub atau haru. Kali ini perasaan luas dan menghadap Allah
itulah yang dengan sendirinya menimbulkan rasa haru serta tenteram. Dada serasa
menjadi semakin luas.
Menurut Abu Sangkan, sebaiknya kita membiarkan reaksi apa yang didapat.
''Masing-masing akan berbeda penerimaannya. Itu tergantung seberapa ikhlas kita
membuka diri untuk silatun dengan Allah,'' katanya.
Dia menambahkan, seseorang tidak perlu ngotot menggapai khusyuk. Yang
diperlukan justru kerelaan ketika menghadap Sang Khalik.
''Kalau perlu, jika tak bisa khusyuk, kita bilang ya Allah saya kok tak bisa khusyuk.
Maka berilah khusyuk kepadaku,'' tambahnya.
Menurut dia, sebenarnya manusia tak akan bisa khusyuk selamanya. Namun Allah
yang akan memberikan rasa khusyuk itu. ''Kita tinggal meminta''.
Ketika seorang peserta menanyakan kok kadang nyambung kadang hilang, Abu
menyatakan hal itu wajar. ''Biarkan saja. Memang shalat pun harus dilatih terus,
supaya didapatkan perasaan nyambung terus-menerus. Kalian ini maunya enak, ikut
pelatihan dua hari terus bisa nyambung sama Allah. Saya saja dua puluh tahun
mencarinya,'' tandas dia dengan guyon yang disambut tawa peserta.
Selain merelakskan badan, shalat juga diharuskan menempatkan tubuh pada posisi
yang tepat saat melakukan gerakan.
Ketika rukuk, kedua tangan memegang lutut sampai terasa ada peregangan di betis.
Tubuh juga dijaga jangan sampai jatuh ke depan.
Ketika sujud, rasakan bahwa badan kita adalah bagian dari tanah. Hanya tinggal aku
yang sedang menyembah Allah. Harus juga memahami bacaan suratnya.
Pelatihan dua hari saja memang tidak mungkin langsung memberikan hasil optimal.
Sebab menggapai shalat khusyuk nyatanya perlu terus berlatih. Namun paling, tidak
para peserta pelatihan sudah sampai pada kesimpulan, ''O... , begitu to caranya ''.
========================================
Setelah Sholat
Dari Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz kepada seluruh orang melihat tulisan ini dari
kalangan kaum muslimin
“Merupakan dari perbuatan sunnah, seorang muslim mengucapkan setelah setiap
shalat fardu membaca ASTAGHFIRULLAH tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan:
ALLAHUMMA ANTAS SALAAM WA MINKAS SALAAM TABAARAKTA YAA DZAL JALAALI
WAL IKRAAM
LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL
HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA
BILLAH
LAA ILAAHA ILLALLAHU, LAA NA'BUDU ILLA IYYAHU, LAHUN NI'MATU WALAHUL
FADHLU WALAHUTS TSANAA-UL HASAN, LAA ILAAHA ILLALLAHU, MUKHLISHIINA
LAHUDDINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUN, ALLAHUMMA LAA MAA NI'A LIMAA
A'THOITA, WA LAA MU'TIYA LIMAA MANA'TA, WALAA YANFA' DZAL JADDI MINKAL
JADDU.
Khusus setelah shalat subuh dan maghrib, bacalah zikir yang dibawah ini sepuluh
kali setelah mengucapkan zikir yang di atas:
LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL
HAMDU YUHYII WAYUMIIT WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR
Kemudian membaca: SUBHAANALLAH tigapuluh tiga kali, ALHAMDULILLAH tigapuluh
tiga kali; ALLAHU AKBAR tigapuluh tiga kali; untuk melengkapi bilangan menjadi
seratus bacalah:
LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL
HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR
Kemudian membaca ayat kursi, kemudian surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An
Nas, kalau seandainya setelah shalat subuh dan maghrib dibaca tiga kali.
Shalat Sunnat Tasbih
Shalat Sunnat Tasbih ialah shalat yang diajarkan oleh Rasullulah SAW kepada
Sayyidina Abbas Ibn Abdul Muthalib.
Shalat ini dianjurkan untuk diamalkan, kalau bisa tiap-tiap malam, kalau tidak bisa
tiap malam maka sekali seminggu. Kalau juga tidak sanggup sekali seminggu, dapat
juga dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali. Dan kalau tidak bisa setahun
sekali, setidak-tidaknya sekali seumur hidup. Shalat tasbih berisi bacaan tasbih
sebanyak 300 kali dalam 4 raka'at (75 kali 4 raka'at) dan dapat dikerjakan, sbb:
Siang hari, dilakukan empat raka'at dengan 1 salam, dan berniat:
"Ushalli sunnatat tasbihi arba'a raka'til lillahi ta'ala."
Malam hari, dilakukan empat raka'at dengan 2 salam, dan berniat:
"Ushalli sunnatat tasbihi rak'ataini lillahi ta'ala."
Selesai membaca Do'a Iftitah, bacalah Surat Alfatihah dan membaca surat apa saja
yg dikehendaki, kemudian membaca tasbih 15 kali, yaitu:
"Subhanallahi wal hamdu lillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar"
artinya: Maha suci Allah Yang Maha Esa, segala puji bagi Allah dan Allah Dzat Yang
Maha Agung.
Dalam beberapa riwayat disebut kan bahwa setelah tasbih boleh pula membaca:
"La haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim"
artinya: Tiada daya dan kekuatan melainkan karena perkenan Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung.
Kemudian membaca Tasbih 10X ketika ruku. Setelah membaca tahmid saat i'tidal,
membaca Tasbih 10X, lalu sujud. Sehabis membaca tasbih sujud, membaca Tasbih
10X. Setelah membaca do'a duduk antara 2 sujud, membaca Tasbih 10X. Pada
sujud kedua, setelah membaca tasbih sujud, membaca Tasbih 10X,kemudian
sebelum berdiri hendaknya duduk istirahat sambil membaca Tasbih 10X. Andaikata
terlupa membaca tasbih di satu tempat, maka boleh diganti di tempat berikutnya
agar tetap berjumlah 300X tasbih.
Bacaan sesudah salam
Hadiah kepada Nabi Muhammad SAW
"Ila hadhratin nabiyyil mushthafa rasulillahi shallallahu 'alaihi wasallam. Al-Fatihah."
Hadiah kepada Nabi Khadir A.S.:
Ila hadhratin nabiyyi Khadhir "alaihis salam. Al-Fatihah"
Hadiah kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani:
"Ila hadhratisy Syaikh Abdul Qadir Jailani. Al-Fatihah."
"Tsumma ila ruhi... 'Ala hadzhihin niyyah wa likulli niyyatin shalihah ila...(niat/nama
... yang dituju), Al-Fatihah."
artinya: kemudian kepada ruh.....melalui niat ini dan dengan niat yang baik
kepada..... Al-Fatihah.
Surat Al-Ikhlas (3x); Surat Al-Falaq (1x); Surat An-nas (1x); Surat Al-Kautsar (3x);
Dzikir (3x)
Do'a Wamay Yattaqillah (Ayat seribu dinar) (3x)
"Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nashir" (3x)
artinya: Cukuplah bagi kami Allah, menjadi Tuhan kami dan Dialah sebaik-baik
wakil. Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.
Dzikir
Shalat pengampunan Dosa (11x), Shalawat Mubram (3x); Shalawat Tafrijil Qurub
(3x), Shalawat Nur (3x)
Do'a Tasbih - Taubat Nasuha
Guna Sholat Tasbih..
Shalat Tasbih ini sangat dianjurkan oleh Rasullulah SAW dan tata caranya seperti
tersebut di atas sesuai tata cara yang diberikan oleh Rasullulah SAW sebagaimana
sabdanya:
"Hai Abbas! Wahai Paman! Sukakah kamu apabila aku beri, maukah kamu apabila
aku pamerkan, bolehkan (kiranya) aku memberi petunjuk kepadamu, yaitu Sepuluh
hal yang penting, yang apabila kamu lakukan akan diampuni Allah dosamu yang
awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang disengaja maupun tidak, yang
kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun nyata.
Sepuluh hal penting, yaitu : agar kamu melakukan shalata 4 raka'at, membaca
dalam tiap2 raka'at surat Al-Fatihah dan surat lainnya apa saja, apabila selesai dari
yg dibaca itu, bacalah olehmu dalam berdiri:
"Subhanallah walhamdu lillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar"
15 kali lalu ruku' dan bacalah olehmu ruku' sepuluh kali tasbih, lalu angkat kepalamu
dari ruku' (i'tidal) dan bacalah tasbih 10 kali. kemudian turun bersujud dan bacalah
dalam sujud 10 kali tasbih, lalu angkat kepalamu dari sujud lagi dan ucapkanlah 10
kali tasbih, lalu angkat kepalamu (dari sujud kedua) dan ucapkanlah 10 kali tasbih.
ini jumlahnya 75 dalam tiap-tiap satu raka'at dan lakukanlah ini dalam 4 raka'at.
Apabila kamu dapat melakukan shalat ini dalam sehari, maka lakukanlah dan apabila
tidak maka dalam tiap-tiap jum'at sekali. Apabila tidak dapat maka dalam sebulan
sekali, apabila tidak dapat maka dalam seumur hidup sekali." (HR: Ibn Majah)

2 komentar


EmoticonEmoticon